ada banyak hal dari masa lalu untuk memahami masa kiniJakarta (ANTARA) - Ketua Masyarakat Sejarawan Indonesia Hilmar Farid mengatakan pentingnya untuk menggali nilai-nilai dari sejarah komunitas-komunitas masyarakat berskala kecil yang mendiami Indonesia pada masa lampau untuk membentuk kehidupan lebih baik di masa kini dan mendatang.
"Masyarakat di Nusantara memang sangat beragam tetapi saling terkait. Ada semacam kesadaran bersama di kalangan masyarakat berskala kecil ini bahwa semua sebetulnya saling membutuhkan," kata Hilmar dalam Pembukaan Konferensi Nasional Sejarah XI 2021 dalam jaringan di Jakarta, Senin.
Hilmar menuturkan satu nilai yang dapat dipelajari dari interkoneksi antarkomunitas yang ada di Indonesia di masa lalu adalah adanya kesadaran saling membutuhkan dan saling terkait.
Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi itu juga mengatakan salah satu kualitas hidup penting yang berkembang di dalam masyarakat berskala kecil adalah keterbukaan.
Baca juga: DPD: Raja dan Sultan Nusantara perlu dilibatkan dalam tata negara
Baca juga: Di Kesultanan Bulungan, LaNyalla: Kerajaan Nusantara fondasi NKRI
Hilmar mengajak semua pihak seperti sejarawan dan ilmuwan untuk tidak terpaku pada perspektif sejarah dari keberadaan kerajaan-kerajaan besar di Indonesia pada masa lampau seperti Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Sriwijaya, karena mereka sebetulnya hanya berkuasa atas sebagian dari wilayah Nusantara.
"Kekuasaan mereka secara efektif mungkin hanya berlaku di lingkup yang sangat-sangat terbatas," ujarnya.
Sementara, sebagian besar masyarakat di Nusantara pada saat itu hidup di dalam kelompok-kelompok berskala kecil yang otonom tetapi saling berhubungan.
Masyarakat berskala kecil yang sangat dominan di Nusantara telah hidup selama ribuan tahun, dan turut membentuk perjalanan sejarah Indonesia.
"Jadi kalau berbicara tentang interkoneksi ada baiknya kita justru mengalihkan perhatian kepada kelompok-kelompok atau komunitas-komunitas masyarakat yang berskala kecil ini yang secara konkret terkait satu sama lain," kata Hilmar.
Selain itu, Hilmar mengatakan dari sejarah, dapat dicari model ideal masa lalu yang bisa diterapkan di masyarakat masa sekarang untuk membangun kehidupan yang lebih baik.
"Kita tidak bisa memutar balik jarum jam sejarah, tetapi ada banyak hal dari masa lalu untuk memahami masa kini dan juga melihat masa depan yang lebih baik," tuturnya.
Baca juga: Komunitas sejarah di Palu pamerkan ratusan arsip foto masa kolonial
Hilmar mengajak semua pihak seperti sejarawan dan ilmuwan untuk tidak terpaku pada perspektif sejarah dari keberadaan kerajaan-kerajaan besar di Indonesia pada masa lampau seperti Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Sriwijaya, karena mereka sebetulnya hanya berkuasa atas sebagian dari wilayah Nusantara.
"Kekuasaan mereka secara efektif mungkin hanya berlaku di lingkup yang sangat-sangat terbatas," ujarnya.
Sementara, sebagian besar masyarakat di Nusantara pada saat itu hidup di dalam kelompok-kelompok berskala kecil yang otonom tetapi saling berhubungan.
Masyarakat berskala kecil yang sangat dominan di Nusantara telah hidup selama ribuan tahun, dan turut membentuk perjalanan sejarah Indonesia.
"Jadi kalau berbicara tentang interkoneksi ada baiknya kita justru mengalihkan perhatian kepada kelompok-kelompok atau komunitas-komunitas masyarakat yang berskala kecil ini yang secara konkret terkait satu sama lain," kata Hilmar.
Selain itu, Hilmar mengatakan dari sejarah, dapat dicari model ideal masa lalu yang bisa diterapkan di masyarakat masa sekarang untuk membangun kehidupan yang lebih baik.
"Kita tidak bisa memutar balik jarum jam sejarah, tetapi ada banyak hal dari masa lalu untuk memahami masa kini dan juga melihat masa depan yang lebih baik," tuturnya.
Baca juga: Komunitas sejarah di Palu pamerkan ratusan arsip foto masa kolonial
Baca juga: Sekolah Musa beri edukasi sejarah Kota Kupang lewat pameran foto
Baca juga: Lewat gambar, Komunitas Sketchers Pontianak informasikan situs sejarah
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2021