Rupa yang tepat untuk tatanan dunia yang baru masih kabur dan masih tetap tanpa nama
Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan Wikileaks telah menyebabkan kesulitan serius kepada pemerintah di berbagai belahan dunia.
Pernyataan Presiden tersebut disampaikan dalam pidato pembukaan Jakarta International Defense Dialogue (JIDD) di Jakarta Convention Center, Rabu.
Dalam pidatonya, Presiden Yudhoyono menyebut Wikileaks sebagai aktor non pemerintah yang berperan lebih besar bersama dengan media, lembaga swadaya masyarakat, masyarakat sipil, dan juga perusahaan yang bisa mengubah tatanan dunia dan memaksa dunia untuk mengubah cara pandang.
"Sekelompok kecil orang dalam Wikileaks dengan agenda anti-establishment, sebagai contohnya, telah menyebabkan kesulitan serius kepada pemerintah di berbagai belahan dunia dengan implikasi politik dan keamanan," tuturnya
Dalam pidatonya pada acara pembukaan JIDD yang dihadiri oleh Perdana Menteri Timor Leste Xanana Gusmao dan Deputi Perdana Menteri Singapura Teo Chee Hean itu, Presiden mengingatkan para peserta bahwa situasi geopolitik dunia akan tetap cair dengan ramalan keadaan masa depan yang belum bisa ditentukan.
"Rupa yang tepat untuk tatanan dunia yang baru masih kabur dan masih tetap tanpa nama," ujarnya dalam pidato berbahasa Inggris yang dipandu oleh dua layar teleprompter.
Namun, menurut Presiden, dunia sudah mengetahui bahwa saat ini terjadi peralihan kekuasaan dengan munculnya negara-negara berkembang yang dilengkapi dengan pertumbuhan ekonomi pesat dan sumber daya militer serta diplomasi yang baik.
"Para pemain baru akan muncul dengan lapangan permainan yang akan berubah," ujarnya.
Sebagai contoh, kata Presiden, adalah kawasan Asia Pasifik yang saat ini tengah dalam proses menemukan keseimbangan baru dengan harapan akan tercapai stabilitas regional yang lebih baik dan peran internasional yang lebih signifikan.
Kepala Negara dalam pidatonya juga mengingatkan peserta JIDD yang berasal dari 34 negara di kawasan Asia Pasifik dan sekitarnya bahwa sumber konflik dunia kini telah berlipat ganda bukan lagi berkisar pada perbedaan ideologi yang menjadi karakteristik perang dingin pada masa lalu.
Sumber konflik masa kini, menurut Presiden, juga bukan lagi terbatas pada masalah perbatasan dan perebutan wilayah.
"Saat ini berbagai isu bisa langsung memicu konflik seperti masalah keberagaman yang mempermasalahkan perbedaan identitas dan kepercayaan," katanya.
Saat ini, lanjut Presiden, dunia mengalami peningkatan kasus intoleransi di banyak negara-negara berkembang selain masalah ketidakpercayaan kepada pemerintah yang bisa memicu krisis politik dan ekonomi.
Untuk itu, Presiden mengingatkan para peserta agar senantiasa mengembangkan kapasitas untuk menyelesaikan konflik dengan kreativitas dan cara pandang yang baru.
(D013)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2011