Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Piprim Basarah Yanuarso mengatakan bahwa orang tua tidak perlu mengkhawatirkan keamanan Sinovac untuk anak usia 6 sampai 11 tahun karena vaksin ini telah melalui uji klinis yang dilakukan secara bertahap.

Sebelum mendapatkan izin penggunaan darurat atau Emergency Use Authorization (EUA) dari BPOM untuk digunakan oleh orang dewasa, vaksin Sinovac telah melalui uji klinis untuk hewan. Setelah terbukti aman, Sinovac baru diujicobakan kepada manusia dewasa, lalu pada remaja, dan terakhir kepada anak-anak berusia 6 sampai 11 tahun.

“Nanti uji coba masuk kepada anak usia 3 sampai 5 tahun. Jadi kebijakan vaksinasi untuk anak dilakukan secara bertahap betul, tidak sembarangan, dan begitu uji klinis terbukti aman dan efektif, baru diluncurkan,” kata Piprim dalam talkshow “Vaksin Anak, Sayangi Keluarga” yang dipantau di Jakarta, Senin.

Menurutnya, vaksin COVID-19 telah teruji aman karena sebanyak 90 persen dari total anak usia 6 sampai 11 tahun yang mengikuti uji klinis tidak mengalami efek setelah divaksinasi dengan Sinovac. Sementara sisanya hanya mengalami efek lokal seperti demam dan nyeri di daerah yang disuntik vaksin.

Baca juga: IDAI sebut vaksin COVID-19 aman untuk anak 6-11 tahun

Baca juga: BPOM tunggu kelengkapan data Sinovac untuk usia 3 tahun ke atas

Karena itu, ia meminta orang tua tidak ragu membawa anaknya pergi vaksinasi COVID-19. Pasalnya, anak yang tidak vaksin COVID-19 tidak hanya berpotensi tertular COVID-19, tapi juga menulari anggota keluarga yang lebih rentan.

“Orang tua itu terkadang tidak memahami risiko. Padahal risiko tertular virus ganas itu lebih berbahaya daripada risiko kemasukan virus yang sudah dimatikan yang telah menjadi vaksin,” katanya.

Menurutnya, anak-anak berusia 6 sampai 11 tahun butuh bersosialisasi dengan rekan sebaya dalam tumbuh kembangnya. Anak pun sebaiknya diperbolehkan untuk mengikuti Pembelajaran Tatap Muka (PTM) yang saat ini masih terbatas dan bermain di lingkungan terbuka.

Dalam proses sosialisasi tersebut, anak berpotensi menjadikan orang tanpa gejala (OTG) yang menularkan COVID-19 pada anggota keluarga lain yang lebih rentan. Karena itu vaksinasi COVID-19 bagi anak menjadi penting.

“Jadi vaksinasi COVID-19 berperan memberikan jaminan rasa aman. Karena berdasarkan survei IDAI, proporsi orang tua yang setuju anaknya melakukan PTM dengan yang tidak setuju saat ini masih 50:50, hampir sama,” ucapnya.

Setelah divaksinasi, ia juga meminta orang tua tetap membiasakan anak menerapkan protokol kesehatan. Karena apabila telah dibiasakan, anak berusia di bawah dua tahun pun mau menurut dalam penggunaan proses seperti menggunakan masker.*

Baca juga: Indonesia butuh tambahan 58,7 juta vaksin COVID-19 untuk anak

Baca juga: Pekanbaru belum lakukan vaksinasi anak usia 6-11 tahun

Pewarta: Sanya Dinda Susanti
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021