Jakarta (ANTARA) - Direktur Eksekutif Lembaga Kajian dan Konsultasi Pembangunan Kesehatan (LK2PK) Ardiansyah Bahar mengatakan gelombang ketiga COVID-19 ditentukan oleh perilaku masyarakat terhadap kepatuhan protokol kesehatan.

"Peran masyarakat tentu kita harapkan untuk menghindari gelombang ketiga ini dengan cara tetap konsisten menjaga protokol kesehatan," kata Ardiansyah Bahar di Jakarta, Senin.

Terjadi atau tidak gelombang ketiga COVID-19 di Indonesia yang diprediksi pada Desember 2021 hingga Januari 2022 tergantung pada masyarakat, katanya menambahkan.

Ia mengatakan gelombang ketiga adalah ancaman yang nyata, namun hal itu bukan hal yang pasti terjadi.

Menurut dia, jika ternyata gelombang ketiga benar terjadi, kondisinya akan sangat tergantung seberapa besar angka kasusnya, juga bagaimana kesiapan fasilitas kesehatan.

"Bila kita belajar dari dua gelombang sebelumnya, seharusnya tidak akan separah gelombang kedua," katanya.

Menurut Ardiansyah semakin hari penambahan kasus COVID-19 di Tanah Air makin menurun. "Hal ini tentu adalah berita gembira buat semua, namun jangan terlalu euforia karena masih pandemi belum berakhir," ujarnya.

Ardiansyah mengatakan DKI Jakarta dan Jawa Barat adalah daerah yang padat penduduk dengan tingkat mobilitas yang tinggi. "Ini menjadikan kedua daerah tersebut memiliki risiko yang besar terjadinya penularan COVID-19," katanya.

Lebih lanjut dia mengatakan aktivitas perekonomian tentu tidak bisa dihentikan. Karena itu masyarakat yang beraktivitas harus tetap patuh pada protokol kesehatan.

"Kita harus belajar pada pengalaman bahwa meningkatnya mobilitas masyarakat menjadikan penularan COVID-19 juga meningkat," katanya.

Ardiansyah berharap masyarakat tetap membatasi mobilitas hingga pandemi ini benar-benar selesai. "Bilapun harus beraktivitas di luar atau melakukan perjalanan, protokol kesehatan harus dijalankan dengan ketat," katanya.

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2021