merekomendasikan beli untuk saham ISAT dengan target harga di sekitar Rp8.300 per saham, dengan mempertimbangkan dalam waktu dekat ini Menkominfo akan segera mengizinkan proses merger

Jakarta (ANTARA) - Penerapan strategi transformasi bisnis yang dilakukan Indosat Ooredoo dalam tiga tahun terakhir dinilai telah memberikan hasil kinerja yang baik dan pertumbuhannya diperkirakan terus berlanjut terutama setelah perusahaan itu merampungkan merger dengan PT Hutchinson 3 Indonesia.

Penggabungan Indosat Ooredoo dan H3I menjadi Indosat Ooredoo Hutchison, dapat menyatukan dua bisnis yang saling melengkapi untuk menciptakan sebuah perusahaan telekomunikasi digital dan internet yang lebih besar dan lebih kuat secara komersial, serta memberikan nilai tambah kepada seluruh pemegang saham, pelanggan, dan masyarakat Indonesia.

"Tentu tujuan atau visi misi penggabungan usaha kedua pihak melalui pola merger, adalah terciptanya pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan," kata Kepala Riset Reliance Sekuritas Alwin Rusli, ketika dihubungi di Jakarta, Senin.

Ia menjelaskan, Indosat di satu sisi memiliki jejak yang lebih lama di dalam dunia operator telekomunikasi, sedangkan Hutchinson Tri masuk ke Indonesia pada tahun 2007, sehingga hasil konsolidasi ini dapat saling mengisi consumer base secara demografis di Indonesia.

Secara teknis, penggabungan dua operator ini akan membuat pita frekuensi yang lebih lebar, sehingga dapat memberi fleksibilitas layanan kepada perusahaan yang baru.

"Selain itu, yang paling penting dari proses merger ini yaitu menggabungkan pendapatan dari kedua perusahaan, sehingga perusahaan baru ini akan memiliki kemampuan untuk menghasilkan keuntungan yang lebih besar dibandingkan apabila mereka berdiri sendiri-sendiri," katanya.
Baca juga: Indosat Ooredoo capai kinerja positif sembilan bulan pertama 2021

Dengan pertumbuhan bisnis yang terjaga dan berkelanjutan diharapkan dapat memberikan kepercayaan kepada investor di pasar saham, seiring dengan kapasitas perusahaan yang lebih besar dengan perkiraan pendapatan dari perusahaan gabungan ini mencapai 3 miliar dolar AS.

"Perusahaan hasil penggabungan ini nantinya tetap akan listing di bursa saham dengan kode ISAT. Kami merekomendasikan beli untuk saham ISAT dengan target harga di sekitar Rp8.300 per saham, dengan mempertimbangkan dalam waktu dekat ini Menkominfo akan segera mengizinkan proses merger tersebut," kata Alwin.

Indosat Ooredoo pada September 2021 membukukan total pendapatan Rp23 triliun atau naik 12 persen year on year/yoy dan laba bersih laba bersih sebesar Rp5,8 triliun. EBITDA meningkat 22,7 persen yoy mencapai Rp10,4 triliun karena kombinasi pertumbuhan top-line dan fokus berkelanjutan pada efisiensi biaya operasional.

"Strategi transformasi kami memperlihatkan bahwa perusahaan mempertahankan momentum pertumbuhannya dan memberikan kinerja keuangan yang sangat baik. Dalam sembilan bulan tahun ini, pertumbuhan pendapatan kami terus berlanjut mengungguli industri," kata Director & Chief Financial Officer Indosat Ooredo Eyas Naif Assaf.

Indosat Ooredoo juga mencatatkan 62,3 juta pelanggan meningkat 3,2 persen yoy, sementara pelanggan data 4G tumbuh menjadi 43 juta, meningkat 27 persen yoy.
Baca juga: Lompatan besar untuk memperkuat jaringan telekomunikasi
Baca juga: Konsolidasi operator percepat inovasi dan transformasi digital


Efisiensi untuk investasi

Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda mengatakan bahwa catatan penting dari wacana merger industri telekomunikasi menunjukkan bahwa industri ini mulai berkonsolidasi untuk memperluas pangsa pasar, meningkatkan teknologi, dan efisiensi operasional.

"Konsolidasi atau pun merger yang yang terjadi di industri telekomunikasi membawa efek positif terhadap pengembangan sektor teknologi, informasi dan komunikasi (TIK/ICT) nasional," katanya.

Dengan begitu, merger ini diharapkan mampu memberikan persaingan yang sehat pada industri telekomunikasi agar bisa berkembang positif mengingat Indosat juga mempunyai perusahaan penyediaan kabel fiber untuk internet broadband.

"Ekosistem yang dibuat oleh Indosat saya rasa sangat bagus dan sesuai dengan kondisi industri dan kebutuhan masyarakat," katanya.

Melalui konsolidasi atau pun merger kemampuan provider dalam membangun infrastruktur seperti menara telekomunikasi dan BTS hingga ke daerah-daerah yang belum terjamah sinyal internet semakin meningkatkan karena adanya efisiensi dan peambahan daya modal dari perusahaan.

Menurut catatan, belum lama ini Indosat Ooredoo telah memperluas jangkauan layanan 4G/LTE di 124 desa, yang merupakan kelanjutan dari komitmen Indosat untuk menggelar layanan di 645 desa terpencil pada 2022 untuk mendukung Pemerintah dalam memenuhi cakupan 4G di seluruh Tanah Air.

Jumlah BTS 4G yang dimiliki Indosat-Tri jika digabungkan mencapai 97.863 BTS, yang terdiri dari 66.313 BTS milik Indosat dan 31.550 BTS milik Tri.

Founder Asosiasi IoT Indonesia Teguh Prasetya mengatakan, konsolidasi antar operator telekomunikasi dinilai bisa menjadi solusi dalam memalksimalkan pendapatan bisnis perusahaan dari segmen Internet Of Things (IoT) yang menjadi masa depan industri telekomunikasi global.

"Melalui konsolidasi operator dapat lebih banyak masuk ke industri IoT dan bertransformasi menjadi digital solution company untuk mendatangkan pendapatan yang cukup tinggi," katanya.

Sesungguhnya operator umumnya sudah memiliki unit khusus dalam mengembangkan IoT, namun konsolidasi bisnis atau merger merupakan salah satu solusinya seperti yang dilakukan oleh dua operator Indosat Ooredoo dan Hutchison Tri Indonesia.

Dengan demikian, kata Teguh yang juga Ketua Bidang Industri dan Kemandirian IOT, AI dan Big Data (TRIOTA) Masyarakat Telematika Indonesia / Mastel) ini, konsolidasi Indosat Ooredoo dan Hutchison Tri Indonesia tidak hanya menggabungkan jumlah pelanggan menjadi 104 juta, tapi juga mengoptimalkan pemanfaatan frekuensi, kualitas layanan, dan infrastruktur lain yang dimiliki.

Kebutuhan pasar IoT di Indonesia cukup besar dan penetrasinya bisa ke berbagai sektor industri seperti manufaktur, kesehatan, agrikultur, retail, sektor publik, dan lain sebagainya, termasuk sektor telekomunikasi dan media.
Baca juga: Merger Indosat-Tri dorong Indonesia jadi negara ekonomi digital
Baca juga: MASTEL sarankan pemerintah mulai "gebrakan" penggunaan 5G

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2021