Benghazi, Libya (ANTARA News) - Sedikitnya 11 orang tewas Senin dan puluhan lain cedera akibat tembakan pasukan yang setia pada pemimpin Libya Moamer Kadhafi di kota Misrata, sebelah timur Tripoli, kata seorang juru bicara pemberontak.
"Puluhan korban berjatuhan, dan kami menghitung sedikitnya 11 orang tewas," setelah penembak gelap di atap-atap bangunan dan sebuah tank "menembaki demonstran," katanya, demikian AFP melaporkan.
Juru bicara itu mengatakan kepada AFP, pasukan loyalis itu sebelumnya "menjemput paksa sekitar 500 orang dari luar kota tersebut dan membawa mereka ke pusat kota untuk berdemonstrasi memberikan dukungan kepada Kadhafi".
Ia menambahkan, "demonstrasi tandingan oleh ribuan warga Misrata" juga dilakukan sebelum pasukan Kadhafi melepaskan tembakan.
Pasukan Kadhafi belum menguasai Misrata, namun "telah mengambil posisi-posisi di jalan utama dimana mereka menempatkan tiga tank, serta memposisikan penembak gelap di atap-atap bangunan," kata juru bicara pemberontak.
Televisi pemerintah mendesak rakyat Misrata, kota ketiga Libya yang terletak 214 kilometer sebelah timur Tripoli, untuk "meninggalkan rumah mereka dan memulai lagi kehidupan normal setelah kota itu dibersihkan dari geng-geng kriminal bersenjata" -- istilah yang digunakan pihak berwenang untuk pemberontak.
Gerilyawan mematahkan sejumlah upaya pasukan Kadhafi untuk menguasai lagi kota itu, setelah mereka merebut Misrata pada hari-hari awal pemberontakan pada pertengahan Februari.
Libya kini digempur pasukan internasional sesuai dengan mandat PBB yang disahkan pada Kamis lalu.
Resolusi 1973 DK PBB disahkan ketika kekerasan dikabarkan terus berlangsung di Libya dengan laporan-laporan mengenai serangan udara oleh pasukan Kadhafi, yang membuat marah Barat.
Selama beberapa waktu hampir seluruh wilayah negara Afrika utara itu terlepas dari kendali Kadhafi setelah pemberontakan rakyat meletus di kota pelabuhan Benghazi pada pertengahan Februari. Namun, kini pasukan Kadhafi dikabarkan telah berhasil menguasai lagi daerah-daerah tersebut.
Ratusan orang tewas dalam penumpasan brutal oleh pasukan pemerintah dan ribuan warga asing bergegas meninggalkan Libya pada pekan pertama pemberontakan itu.
Kadhafi (68) adalah pemimpin terlama di dunia Arab dan telah berkuasa selama empat dasawarsa. Kadhafi bersikeras akan tetap berkuasa meski ia ditentang banyak pihak.
Aktivis pro-demokrasi di sejumlah negara Arab, termasuk Libya, terinspirasi oleh pemberontakan di Tunisia dan Mesir yang berhasil menumbangkan pemerintah yang telah berkuasa puluhan tahun.
Buntut dari demonstrasi mematikan selama lebih dari dua pekan di Mesir, Presiden Hosni Mubarak mengundurkan diri Jumat (11/2) setelah berkuasa 30 tahun dan menyerahkan kekuasaan kepada Dewan Tertinggi Angkatan Bersenjata, sebuah badan yang mencakup sekitar 20 jendral yang sebagian besar tidak dikenal umum sebelum pemberontakan yang menjatuhkan pemimpin Mesir itu.
Sampai pemilu dilaksanakan, dewan militer Mesir menjadi badan eksekutif negara, yang mengawasi pemerintah sementara yang dipimpin perdana menteri.
Di Tunisia, demonstran juga menjatuhkan kekuasaan Presiden Tunisia Zine El Abidine Ben Ali pada Januari.
Ben Ali meninggalkan negaranya pertengahan Januari setelah berkuasa 23 tahun di tengah tuntutan yang meningkat agar ia mengundurkan diri meski ia telah menyatakan tidak akan mengupayakan perpanjangan masa jabatan setelah 2014. Ia dikabarkan berada di Arab Saudi.
Ia dan istrinya serta anggota-anggota lain keluarganya kini menjadi buronan dan Tunisia telah meminta bantuan Interpol untuk menangkap mereka. (M014/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011