Beijing (ANTARA) - Badan cuaca China pada Minggu mengeluarkan peringatan level dua tentang datangnya badai salju pertama musim dingin.
Gelombang udara dingin di seluruh negeri memicu kekhawatiran terhadap gangguan lalu lintas dan wabah flu di tengah meningkatnya kasus COVID-19.
Pusat Meteorologi Nasional memperkirakan badai salju akan terjadi di timur laut China, di mana sejumlah wilayah akan diguyur salju setinggi 4,5 senti selama 24 jam dan badai lebat di seluruh bagian utara negara itu.
Ibu kota Beijing menyambut salju pertama musim dingin ini 23 hari lebih cepat dari biasanya, sementara suhu pada Minggu malam diperkirakan turun mencapai level terendah dalam satu dekade terakhir.
Baca juga: Menjumpai etnis Yugur di atas ketinggian 3.830 mdpl puncak Bars Snow
Hawa dingin juga berhembus dari Beijing hingga Shanghai dan Guangzhou, sehingga suhu menjadi turun hingga sebanyak 14 derajat Celcius pada Minggu, kata badan cuaca itu.
Gelombang dingin yang dapat meningkatkan risiko flu muncul ketika lebih dari 20 kota di utara China melaporkan kasus COVID-19 dan wabah sporadis di wilayah barat daya seperti di Chongqing dan provinsi Sichuan dan Yunnan sejak pertengahan Oktober.
Ratusan ribu orang di Beijing keluar rumah untuk menikmati tempat-tempat wisata bersalju, seperti Kota Terlarang dan Resor Universal Studio, meski ada pembatasan COVID-19.
Pada saat yang sama, 300 lebih anggota Komite Pusat Partai Komunis China bersiap untuk melakukan pertemuan dari Senin hingga Kamis.
Salju yang menumpuk di permukiman yang terkena lockdown tak bisa dipindahkan ke luar zona pengendalian COVID-19, kata Beijing Daily.
Sumber: Reuters
Baca juga: China keluarkan peringatan cuaca ekstrem di tengah gelombang COVID
Penerjemah: Anton Santoso
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2021