penari dibatasi 50 orang saja

Sleman (ANTARA) - Bupati Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta Kustini Sri Purnomo, membuka acara Gebyar Budaya Sleman Sembada di Desa Wisata Garongan, Kelurahan Wonokerto, Kapanewon (Kecamatan) Turi, Minggu.

Pada acara tersebut ditampilkan kesenian tradisional Kabupaten Sleman yakni jathilan dan tari rampak buto.

Adapun jumlah penari dibatasi 50 orang saja demi menjalankan protokol kesehatan di tengah pandemi COVID-19.

Bupati Sleman Kustini Sri Purnomo mengapresiasi pihak penyelenggara yang telah mengangkat tema kesenian dan kebudayaan tradisional Kabupaten Sleman dan berharap gelaran ini dapat menjadi sarana pelestarian dan pengembangan budaya di Kabupaten Sleman, sekaligus bisa merajut persatuan dan kesatuan melalui apresiasi karya budaya tradisional yang adiluhung.

"Melalui Gebyar Budaya Sleman Sembada ini saya mengajak seluruh masyarakat untuk mengapresiasi dan menghargai ragam seni budaya warisan leluhur yang harus terus kita lestarikan," katanya.

Menurut dia, tantangan dalam upaya pelestarian kebudayaan khususnya budaya tradisional tersebut semakin berat karena berkembangnya jaman serta adanya arus globalisasi pada masa sekarang ini.

"Perkembangan jaman serta adanya arus globalisasi ini mengakibatkan banyak perubahan-perubahan yang terjadi di dalam pola kehidupan masyarakat, yang juga berpengaruh pada kebudayaan masyarakat itu sendiri," katanya.

Ia mengatakan, upaya untuk mengembangkan dan melestarikan keberlangsungan nilai luhur dan budaya lokal daerah senantiasa terus dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Sleman.

"Hal ini dilakukan dengan mengedepankan potensi nilai luhur yang dimiliki oleh Kabupaten Sleman," katanya.

Kegiatan Gebyar Budaya Sleman Sembada tersebut diselenggarakan oleh komunitas Pajero Indonesia Bersatu Chapter Ranting Mataram Yogyakarta.

Ketua Pajero Indonesia Bersatu Chapter Ranting Mataram Yogyakarta Yuniar Rizaldi mengatakan melalui kegiatan tersebut bermaksud untuk kembali menampilkan seni dan budaya tradisional yang mulai ditinggalkan
tradisional yang mulai ditinggalkan oleh masyarakat, khususnya generasi muda.

"Harapannya jathilan bisa lebih banyak diminati oleh kaum muda, terutama oleh masyarakat di wilayah Sleman," katanya.
Baca juga: Dinas Kebudayaan Sleman susun SOP atraksi budaya normal baru
Baca juga: Disbud Sleman gelar "Karuh Budaya Dalam Tembang" karya Didi Kempot
Baca juga: Pemkab Sleman serahkan gamelan kepada Kelompok Masyarakat Kebudayaan

Salah satu kelompok kesenian yang tampil pada Gebyar Budaya Sleman Sembada di Desa Wisata Garongan, Kelurahan Wonokerto, Kapanewon (Kecamatan) Turi, Minggu 7 November 2021. Foto ANTARA/HO-Pemkab Sleman

Pewarta: Victorianus Sat Pranyoto
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2021