"Resolusi PBB 1973 yang diterapkan Kamis lalu oleh Dewan Keamanan tidak memberi wewenang apa pun...
Havana (ANTARA News) - Pemerintah Kuba pada Ahad malam di Havana menyatakan "pengutukan keras" terhadap intervensi militer asing dalam konflik dalam negeri Libya.
Pernyataan tersebut juga mendorong agar dilakukannya dialog dan negosiasi, dan mendukung "hak yang tidak dapat dicabut warga Libya guna memutuskan nasib sendiri tanpa intervensi asing."
Kantor berita China Xinhua melaporkan, kementerian luar negeri Kuba menuduh negara Barat "atas terciptanya kondisi kondusif untuk agresi militer itu."
Pihak berwenang Kuba mengatakan intervensi tersebut "berarti manipulasi bersama dari Piagam PBB dan kewenangan Dewan Keamanan PBB, dan menunjukkan "standar ganda yang sesuai dengan tingkah lakunya."
"Resolusi PBB 1973 yang diterapkan Kamis lalu oleh Dewan Keamanan tidak memberi wewenang apa pun dalam berbagai serangan di wilayah Libya, yang berarti pelanggaran hukum internasional," katanya dalam pernyataan.
"Kuba mendukung hak yang tidak dapat dicabut warga Libya guna memutuskan nasib sendiri tanpa intervensi asing, mengutuk pembunuhan warga sipil di Libya dan di tempat lainnya, serta mendukung keutuhan wilayah dan kedaulatan atas segala sumber daya di negara itu," kata pernyataan tersebut.
Pemerintah Kuba mengatakan bahwa negara barat melakukan beberapa serangan militer dalam wilayah Libya menyebabkan kematian, luka dan penderitaan terhadap warga sipil tak bersalah.
Pernyataan resmi itu menambahkan bahwa negara kuat tersebut secara jelas bertanggung jawab atas kematian jutaan warga sipil Irak dan lebih dari 70.000 di Afghanistan, yang dikatakan sebagai kerugian tidak disengaja.
Media Arab melaporkan pada Ahad bahwa pasukan koalisi barat telah menanggungkan serangan terhadap pertahanan Muamar Gaddafi di wilayah Libya, termasuk area meliputi dua kota terbesar negeri itu, Tripoli dan Benghazi.
Menurut sejumlah laporan, bom dan roket dari pihak koalisi merusak jalan, jembatan dan satu klinik jantung, menyebabkan 65 warga sipil tewas dan lebih dari 150 orang terluka.
(KR-IFB/H-AK)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011