Jakarta (ANTARA) - Hadirnya buku atau panduan terkait pertolongan pertama dalam kesehatan jiwa saat ini tak berarti Anda boleh mendiagnosis diri dan bahkan orang lain.
Psikolog klinis fungsional di RSUP Dr. Sardjito, DR. Indria Laksmi Gamayanti, M.Si., menegaskan, diagnosis dalam hal ini mengenai kesehatan jiwa menjadi kewenangan klinis profesional.
"Untuk diagnosis kewenangan klinis oleh profesional dan ini diatur peraturan perundangan, perlu melalui proses pendidikan karena ada kriteria diagnosis yang harus dipenuhi," ujar Ketua Umum Ikatan Psikolog Klinis (IPK) Indonesia itu dalam peluncuran dan bincang buku "Panduan Pertolongan Pertama Kesehatan Jiwa Indonesia" yang digelar secara daring, Sabtu.
Menurut Indira, buku atau informasi berisi panduan kesehatan jiwa diharapkan bisa menyadarkan orang-orang mengenai gejala-gejala yang semestinya tak ada tetapi mungkin ada di dalam dirinya.
"Ketika saya cemas, belum tentu saya depresi. Tetapi ketika kecemasan itu dibiarkan begitu saja, sangat mungkin akan berkembang menuju arah sana," kata dia.
Baca juga: Marshanda ingatkan bahaya "self diagnosis" kesehatan jiwa
Paling tidak orang bisa menjadi tahu kapan harus berkonsultasi dengan profesional demi menangani masalah dalam kesehatan jiwa yang mungkin dialaminya.
Di sisi lain, menurut Indira, dalam penanganan masalah kesehatan jiwa adanya dukungan dari lingkungan sekitar pasien menjadi hal penting.
"Kayaknya menjadi tidak kuat pilarnya untuk menyangga karena pasti dukungan dari lingkungan, situasi yang ada itu juga sangat dibutuhkan," tutur dia.
Dalam kesempatan itu, peneliti kesehatan mental sekaligus penulis buku "Indonesian Mental First Aid Booklet", Dr. Sandersan Onie atau kerap disapa Dr. Sandy sepakat dengan Indira.
Dia mengatakan, buku yang dia tulis bukan untuk keperluan diagnosis diri apalagi orang lain. Menurut diagnosa diri sendiri atau self diagnose berbahaya.
"Bahkan self diagnose itu bahaya yang sangat besar. Tujuan berbicara buku ini, misalnya tentang depresi, kecemasan, bukan untuk mendiagnosa tetapi agar bisa melihat orang lain dan bukannya menghakimi tetapi menyikapinya dengan baik," kata dia.
Lebih dari itu, Sandy berharap orang bisa tahu bagaimana bisa menyikapi saat orang terdekatnya merasa murung atau khawatir. Dia menekankan, diagnosis masalah kesehatan jiwa hanya untuk profesional yakni psikolog atau psikiater.
"Bagian kita melihat dan care untuk mereka (yang mengalami masalah mental). Ini agar kita punya pengetahuan," demikian ujar dia.
Baca juga: Sering cek gejala gangguan mental di Internet justru bikin panik
Baca juga: Aplikasi telemedisin sebut kesehatan mental jadi fokus pasca-COVID
Baca juga: Lindungi kesehatan jiwa saat pandemi dengan normalisasi kehidupan
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2021