Sleman (ANTARA News) - 30 dusun di sepanjang aliran Sungai Gendol dan Opak di Kecamatan Cangkringan maupun Ngemplak, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, harus tetap waspada ancaman banjir lahar dingin karena saat ini masih sering turun hujan deras.
"Sampai saat ini kawasan Merapi masih terus diguyur hujan sehingga potensi banjir lahar dingin melalui sungai berhulu Merapi juga masih sangat tinggi, khususnya melalui aliran Sungai Gendol dan Opak," kata Camat Cangkringan Samsul Bakri, Minggu.
Menurut dia, banjir lahar dingin saat ini dapat dipastikan terjadi jika kawasan puncak dan lereng Gunung Merapi turun hujan deras dengan durasi waktu lebih dari satu jam.
"Sebenarnya hampir setiap turun hujan terjadi banjir lahar dingin di dua sungai tersebut, namun kejadian pada Sabtu (19/3) malam merupakan yang paling parah dan mengakibatkan 41 rumah warga di Dusun Jaranan, Guling dan Banaran di Desa Argomulyo, Cangkringan dan Dusun Tambakan dan Jambon di Desa Sindumartani, Kecamatan Ngemplak hancur diterjang lahar dingin Merapi melalui Sungai Gendol," katanya.
Kepala Desa Argomulyo Sutrisno, mengatakan bahwa di wilayahnya terdapat enam ekor sapi mati akibat terjangan lahar dingin yakni di Dusun Jaranan.
"Selain itu, ada 12 unit sepeda motor hilang akibat hanyut terbawa bankir lahar dingin, serta tiga orang warga saat ini masih harus dirawat di RS Panti Nugroho, Pakem akibat menderita luka bakar pada kakinya setelah terkena lahar dingin yang ternyata materialnya masih panas pada saat akan mengungsi Sabtu (19/3) malam," katanya.
Ia mengatakan, demikian dasyatnya terjangan banjir lahar dingin yang terjadi maka dapat dikatakan banjir lahar dingin yang dulu dianggap ancaman sekunder, kini sudah menjadi ancaman primer.
"Semua pihak harus terus waspada dan semaksimal mungkin melakukan normalisi aliran sungai agar lahar dingin tak melimpah ke pemukiman dan persawahan," katanya.
Salah satu warga Dusun Jaranan, Desa Argomulyo yang wilayahnya terparah diterjang banjir lahar, mengatakan lahar dingin bisa menerjang perkampungan warga akibat adanya tanggul di Sungai Gendol yang dijebol untul jalan masuk alat-alat berat (backhoe) ke alur sungai.
"Karena tanggul itu tak ditutup lagi, lahar yang seharusnya lewat ke alur bawah sebagian keluar dari badan sungai menerjang pemukiman warga," katanya.
Ketika dikonfirmasi masalah ini Kepala Desa Argomulyo Sutrisno membantah dengan tegas dan menyatakan lahar yang menerjang perkampungan tersebut akibat banjir yang sangat besar dan tanggulnya jebol.
"Lahar dingin masuk ke permukiman karena tanggulnya jebol tak kuat menahan limpahan material Merapi sedemikian banyak," katanya.
(V001/H008)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011