Nouakchott (ANTARA News) - Tim Uni Afrika pada hari Minggu mendesak "penghentian segera" semua serangan setelah Amerika Serikat, Prancis dan Inggris melancarkan aksi militer terhadap pasukan Muamar Gaddafi.
Setelah pertemuan lebih dari empat jam di ibu kota Mauritania, Nouakchott, organisasi itu juga meminta pihak penguasa Libya menjamin "bantuan kemanusiaan untuk mereka yang membutuhkan," serta "perlindungan terhadap warga-warga asing termasuk para warga Afrika yang tinggal di Libya."
Uni Afrika (AU) menegaskan tentang perlunya dilakukan "reformasi-reformasi politik untuk mengatasi penyebab-penyebab krisis yang terjadi sekarang" tetapi juga menyerukan masyarakat internasional "menahan diri" untuk menghindari "konsekuensi-konsekuensi kemanusiaan."
Tim itu juga mengumumkan bahwa satu satu pertemuan akan diselenggarakan di ibu kota Ethiopia, Addis Ababa pada 25 Maret, bersama dengan wakil-wakil dari Liga Arab, Organisasi Konferensi Islam, Uni Eropa dan PBB "untuk memberlakukan satu mekanisme konsultasi dan tindakan yang disetujui bersama" untuk menyelesaikan krisis Libya.
Komite AU mengenai Libya beranggotakan lima kepala negara Afrika. Tetapi pertemuan di Nouakchott hanya dihadiri presiden-presiden Mauritania, Mali dan Kongo. Afrika Selatan dan Uganda diwakili menteri-menteri.
Komite itu mengatakan pihaknya tidak dapat meminta izin internasional mengunjungi Libya , Ahad tetapi tidak menjelaskan lebih jauh.
Kedermawanan Libya dan peran Gaddafi dalam pembentukan Uni Afrika membuat benua itu bersikap hati-hati, kata para ahli.
AU dibentuk tahun 1999 dalam Deklarasi Sirte, setelah KTT yang dituan rumahi Gaddafi di kampung halamannya di pantai Libya itu.
Deklarasi itu mengatakan para pendiri merasa diilhami "visi Gaddafi bagi satu Afrika yang kuat dan bersatu."
"AU sebagai satu organisasi banyak disumbang oleh Gaddafi," kata Fred Golooba Mutebi dari Institut Riset Sosial Universitas Najerere Kampala.
Badan Afrika Raya itu menerapkan sikap lebih keras terhadap tiga krisis Afrika: paling baru Pantai Gading dan sebelumnya adalah Guinea dan Niger.
Selain itu Libya menanam modal miliaran dolar di Afrika sub Sahara Afrika. Libya ingin menanam modal di lebih dari 24 negara lagi.
Unit telekomunikasi Libya LAP Green kini terdapat di lima negara di kawasan itu dan meluas dengan cepat.
(H-RN/H-AK)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011