"Etika dan kesantunan dalam berpolitik merupakan ciri khas Partai Demokrat. Oleh karena itu, menjadi kewajiban semua kader, baik yang duduk di legistif, eksekutif maupun di jajaran pengurus partai untuk menjaga etika dan kesantunan dalam berpolitik," katanya sesaat setelah melantik Pengurus DPD Partai Demokrat Sulawesi Tenggara di Kendari, Sabtu malam.
Etika dan berpolitik yang santun kata Anas, seorang kader Partai Demokrat wajib mempertontonkan sikap manis di depan sehabat atau mitra sama ketika berdada di belakang.
"Jangan di depan sahabat atau mitra menampakkan senyum keakraban dan berangkulan, tapi di belakang menusuk," ujarnya.
Sifat yang demikian itu lanjut Anas, bukan etika dan sopan santun yang diajarkan Partai Demokrat.
"Pokoknya, etika Partai Demokrat di halaman depan kita bersahabat, di halam belakang pun kita tetap sahabat," katanya.
Pada kesempatan tersebut, Anas juga meminta para pengurus Partai Demokrat Sultra yang baru dilantik agar terus meningkatkan konsolidasi, mulai dari konsolidasi kader, pengurus dan konsolidasi budaya partai.
"Tiga konsolidasi itu yang harus segera dilakukan jajaran pengurus hingga ke tingkat kecamatan dan desa, sehingga Partai Demokrat ke depan menjadi partai besar, baik di Sultra maupun di seluruh Indonesia," katanya.
Anas juga mengingat seluruh jajaran pengurus dan kader Demokrat agar menjauhi skandal, baik skandal susila, skandal pelanggaran hukum dan skandal moral.
Sebab jika kader Demokrat terlibat dalam salah satu dari ketiga skandal tersebut kata dia, akan sangat me merusak wajah Partai Demokrat.
Para pengurus Partai Demokrat Sultra yang dilantik pada kesempatan itu antara lain, Mohammad Endang sebagai Ketua dan Nasar sebagai sekretatis. Sedangkan Imran yang sebelumnya menjabat Ketua DPD Partai Demokrat dilantik menjadi Ketua Majelis Pertimbangan Daerah.
(T. SO32/P003)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011
