peristiwa alam ini perlu mendapat perhatianPurwokerto (ANTARA) - Akademisi dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Dr. Indra Permanajati mengingatkan perlunya memperkuat antisipasi dampak fenomena La Nina yang dikhawatirkan berpotensi memicu terjadinya bencana hidrometeorologi.
"Antisipasi dampak La Nina perlu menjadi prioritas utama pada saat ini," katanya di Purwokerto, Banyumas, Jawa Tengah, Jumat.
Koordinator Bencana Geologi Pusat Mitigasi Unsoed itu menjelaskan bahwa menurut Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) terdapat indikasi akan terjadinya fenomena La Nina dengan intensitas moderat.
"La Nina adalah fenomena alam yang menyebabkan peningkatan potensi curah hujan. Peristiwa alam ini perlu mendapat perhatian untuk disikapi karena idealnya semua fenomena alam bisa dikelola dengan baik dengan meminimalkan dampak negatif yang bisa ditimbulkan," katanya.
Baca juga: Kepala BNPB minta empat provinsi waspadai dampak fenomena La Nina
Baca juga: Potensi bencana hidrometeorologi di Sumsel meningkat hingga Maret 2022
Menurut dia, pengelolaan atau perencanaan dalam menghadapi fenomena La Nina tentunya dimulai dari pendekatan pengetahuan, baik mengenai penyebab maupun mekanisme kejadiannya.
"Dengan diharapkan maka penanganan dan upaya mitigasinya akan lebih tepat," katanya.
Langkah yang bisa dilakukan dalam menghadapi fenomena La Nina, kata dia, bisa dilakukan dengan beberapa poin penting sesuai dengan mekanismenya.
"Salah satunya memprediksi kapan La Nina terjadi dan sebaran lokasi yang terdampak, selain itu pentingnya konsep tata ruang yang menyesuaikan atau memasukkan parameter La Nina untuk perencanaan ke depan," katanya.
Dia juga mengingatkan pentingnya pemanfaatan dan penggunaan lahan yang tepat, serta perilaku masyarakat yang sadar bencana.
"Beberapa faktor di atas kalau dilaksanakan secara tepat akan mengurangi dampak dari fenomena La Nina," katanya.
Baca juga: Cianjur tetapkan status siaga bencana hidrometeorologi hingga Mei 2022
Baca juga: BNPB beri penguatan mitigasi bencana hidrometeorologi di Sultra
Sementara itu seperti diwartakan sebelumnya, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengingatkan bahwa peningkatan curah hujan akibat La Nina dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya bencana hidrometeorologi.
Dia mengatakan bahwa La Nina lemah yang terdeteksi pada Oktober 2021 diprakirakan menguat pada November dan Desember dan menjadi La Nina moderat pada akhir tahun 2021 hingga Februari 2022.
"Ini tentunya dapat meningkatkan potensi bencana hidrometeorologi seperti angin kencang, banjir, banjir bandang, dan tanah longsor," katanya.
Baca juga: BMKG prediksi sebagian wilayah Jatim dilanda hujan deras
Menurut dia, pengelolaan atau perencanaan dalam menghadapi fenomena La Nina tentunya dimulai dari pendekatan pengetahuan, baik mengenai penyebab maupun mekanisme kejadiannya.
"Dengan diharapkan maka penanganan dan upaya mitigasinya akan lebih tepat," katanya.
Langkah yang bisa dilakukan dalam menghadapi fenomena La Nina, kata dia, bisa dilakukan dengan beberapa poin penting sesuai dengan mekanismenya.
"Salah satunya memprediksi kapan La Nina terjadi dan sebaran lokasi yang terdampak, selain itu pentingnya konsep tata ruang yang menyesuaikan atau memasukkan parameter La Nina untuk perencanaan ke depan," katanya.
Dia juga mengingatkan pentingnya pemanfaatan dan penggunaan lahan yang tepat, serta perilaku masyarakat yang sadar bencana.
"Beberapa faktor di atas kalau dilaksanakan secara tepat akan mengurangi dampak dari fenomena La Nina," katanya.
Baca juga: Cianjur tetapkan status siaga bencana hidrometeorologi hingga Mei 2022
Baca juga: BNPB beri penguatan mitigasi bencana hidrometeorologi di Sultra
Sementara itu seperti diwartakan sebelumnya, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengingatkan bahwa peningkatan curah hujan akibat La Nina dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya bencana hidrometeorologi.
Dia mengatakan bahwa La Nina lemah yang terdeteksi pada Oktober 2021 diprakirakan menguat pada November dan Desember dan menjadi La Nina moderat pada akhir tahun 2021 hingga Februari 2022.
"Ini tentunya dapat meningkatkan potensi bencana hidrometeorologi seperti angin kencang, banjir, banjir bandang, dan tanah longsor," katanya.
Baca juga: BMKG prediksi sebagian wilayah Jatim dilanda hujan deras
Pewarta: Wuryanti Puspitasari
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2021