"Narasi radikal dengan isu agama bisa dilawan dengan cara hadirnya dai moderat yang memiliki wawasan wasatiyah di tengah masyarakat," kata Andi dikutip dari siaran pers di Jakarta, Jumat.
Menurut Andi, keberagaman dan kekayaan bangsa ini menjadi faktor pendorong Indonesia menjadi sasaran empuk kelompok radikal.
Latar belakang kesukuan, budaya, dan agama yang mencolok kerap menjadi isu yang digunakan untuk narasi perpecahan, katanya.
Baca juga: Pakar sebut kelompok radikal pengaruhi masyarakat lintas agama
"Termasuk isu antinasionalisme yang juga menolak kearifan lokal dengan membenturkan antara nasionalisme dan agama," katanya.
Oleh karena itu, kata salah satu pimpinan Darud Dakwah Wal-Irsyad (DDI) ini, menanggulangi radikalisme tidak cukup dilakukan dengan pendekatan hukum karena menyangkut ideologi.
"Harus dilawan dengan pemahaman dan penguatan ideologi kebangsaan dan narasi agama," katanya.
Andi mengatakan perlu ada kewaspadaan terhadap narasi radikal yang memecah belah masyarakat dengan menunggangi isu agama karena terbukti pola narasi ini kerap berhasil menciptakan kegaduhan di tengah masyarakat.
Baca juga: Pakar: BNPT perlu diberi kewenangan lebih atasi radikalisme
Menurut dia, ada beberapa faktor yang membuat narasi dari kelompok radikal mudah diterima masyarakat, di antaranya kurangnya wawasan keagamaan, terlalu bersemangat dalam beragama, dan kebiasaan masyarakat menilai sesuatu hanya di permukaannya saja.
Ia mengatakan masyarakat mudah terkesan dengan label-label yang ditampilkan dan ditawarkan seperti syariah, Islam, dan sunnah tanpa mengkajinya lebih mendalam.
Baca juga: Mafindo: Dibutuhkan peran pemuda untuk lawan intoleransi-terorisme
"Jadi, banyak yang termakan narasi radikal karena ketidaktahuan orang yang didoktrin," kata pimpinan Pondok Pesantren Darud Dakwah Wal-Irsyad (DDI) Pattojo, Kabupaten Soppeng ini.
Andi mengapresiasi peran pemerintah saat ini yang melalui Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) telah membentuk Gugus Tugas Pemuka Lintas Agama dengan menggandeng para tokoh lintas agama untuk melawan narasi radikal dengan moderasi beragama yang menyejukkan.
Pewarta: Sigit Pinardi
Editor: Herry Soebanto
Copyright © ANTARA 2021