Montreal (ANTARA News) - Kanada hari Jumat mengumumkan pengerahan jet-jet tempur CF-18 untuk membantu menegakkan zona larangan terbang di Libya dan mengatakan, pengiriman pesawat tetap dilakukan meski Moamer Kadhafi telah mendeklarasikan gencatan senjata.
"Sejak krisis di Libya meletus pertama kali... dengan bekerja sama erat dengan sekutu-sekutu kami, kami telah mengungsikan warga negara Kanada, memberlakukan sanksi-sanksi ketat dan mendesak rejim Kadhafi menghentikan pertumpahan darah dan segera mengundurkan diri," kata Perdana Menteri Stephen Harper, seperti dilaporkan AFP.
"Meski tindakan-tindakan dilakukan, situasi di Libya tetap tidak bisa ditoleransi. Dan karenanya, Kanada dalam kerja sama dengan sekutunya kini mengambil tidakan darurat yang diperlukan untuk mendukung" resolusi Dewan Keamanan PBB bagi zona larangan terbang di Libya, kata Harper.
"Pemerintah telah menyetujui pengerahan jet-jet tempur CF-18 untuk bergabung dengan (kapal perang) HMCS Charlottetown di kawasan itu," katanya.
"Jika Kolonel (Moamer) Kadhafi tidak mematuhi resolusi PBB, maka Angkatan Bersenjata Kanada yang bekerja sama dengan negara-negara lain dengan pemikiran serupa akan menegakkan resolusi ini," tambah PM Kanada itu.
Sebelumnya televisi CTV mengutip beberapa sumber pemerintah yang mengatakan, Kanada akan mengirim enam CF-18 untuk upaya tersebut. Harper tidak mengkonfirmasi jumlah itu dalam pidatonya yang disiarkan televisi.
Jet-jet Kanada itu akan terbang bersama pesawat-pesawat AS, Inggris dan Prancis serta sejumlah negara lain.
Koalisi negara-negara Barat bersiap-siap melancarkan serangan udara terhadap Libya setelah Dewan Keamanan PBB mensahkan aksi militer untuk menghentikan ofensif pasukan Libya terhadap gerilyawan oposisi.
Sementara itu, pasukan yang setia pada pemimpin Libya Moamer Kadhafi masih menyerang posisi gerilyawan, Jumat, lebih dari empat jam setelah pemerintah mengumumkan gencatan senjata segera, kata oposisi.
Khaled al-Sayeh, dari dewan militer pemberontak, mengatakan pada jumpa pers di Benghazi, "Rejim Kadhafi tidak pernah berhenti menembaki atau menyerang orang. Sampai saat ini ia masih menyerang tempat-tempat yang dikepung."
Ia menambahkan, pemboman terus-menerus tetap dilakukan di Zintan, Ajdabiya dan Misrata.
Namun, pernyataan oposisi itu dibantah oleh pihak berwenang Libya.
"Angkatan bersenjata menghormati gencatan senjata yang diumumkan dan komitmen untuk melindungi warga sipil, dan tidak melakukan operasi militer" sejak pengumuman gencatan senjata, kata satu sumber militer kepada AFP.
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011