Jakarta (ANTARA) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut banjir bandang yang terjadi di Kota Batu, Jawa Timur diakibatkan adanya curah hujan yang termasuk dalam kategori ekstrem.
“Jadi, berdasarkan hasil analisis cuaca BMKG, curah hujan yang terjadi di wilayah Kota Batu pada 4 November 2021 dan menimbulkan banjir bandang di wilayah tersebut, secara intensitas masuk kategori ekstrem,” Kata Kepala Bidang Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca BMKG, Miming Saepudin saat dihubungi di Jakarta, Jumat.
Baca juga: Korban jiwa akibat banjir bandang di Kota Batu bertambah
Miming menjelaskan bahwa intensitas curah hujan saat terjadinya banjir bandang mencapai 80,3 milimeter dan terjadi sekitar dua jam, yakni dari pukul 14.00 hingga 16.00 WIB.
Banjir bandang yang terjadi itu, juga diakibatkan oleh adanya pertumbuhan pembentukan awan hujan berjenis cumulonimbus, sehingga menimbulkan curah hujan dengan intensitas yang lebat di wilayah Malang.
“Hasil analisis citra satelit dan radar cuaca pun menunjukkan adanya pertumbuhan awan hujan dengan jenis cumulonimbus. Sehingga, menimbulkan curah hujan dengan intensitas lebat hingga sangat lebat di wilayah Kota Batu. Itu menjadi pemicu kondisi cuaca ekstrem wilayah tersebut,” kata dia.
Pihaknya memprakirakan bahwa untuk sepekan ke depan, secara umum wilayah Jawa Timur masih akan berpotensi menghadapi cuaca ekstrem yang tidak hanya terjadi di Malang, tetapi juga beberapa wilayah lain di Jawa Timur.
BMKG juga memprakirakan bahwa pada November 2021, sebagian besar wilayah Indonesia, khususnya Pulau Jawa akan memasuki awal musim hujan yang nantinya menjadi ekstrem akibat adanya fenomena gelombang Rossby dan MJO (Madden Jullian Oscillation).
Baca juga: Korban meninggal akibat banjir bandang di Kota Batu jadi 5 orang
Baca juga: BPBD Kota Batu catat 21 rumah rusak akibat banjir bandang
Ia mengimbau seluruh masyarakat, khususnya yang berada di Pulau Jawa untuk terus mengikuti prediksi serta antisipasi dan mitigasi yang diberikan oleh BMKG terkait curah hujan ekstrem yang akan terjadi di wilayah masing-masing.
“Yang perlu diwaspadai, yang kita prediksikan, puncak musim hujan di wilayah Jawa pada Januari dan Februari, sehingga kewaspadaan potensi curah hujan harus tetap diwaspadai, paling tidak hingga Februari atau Maret,” kata Miming.
Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2021