Kalau kita lihat dari angka pertumbuhan ekonomi di triwulan III-202, pertumbuhan konsumsi rumah tangga relatif rendah dibandingkan komponen lain, padahal komponen ini merupakan penyumbang terbesar pada kue perekonomian Indonesia

Jakarta (ANTARA) - Ekonom Senior Center Of Reform on Economics (CORE) Yusuf Rendy Manilet mengatakan perlambatan kasus COVID-19 yang terjadi saat ini akan mendorong konsumsi rumah tangga tumbuh lebih tinggi ke depannya, sehingga perlu diteruskan oleh pemerintah.

"Kalau kita lihat dari angka pertumbuhan ekonomi di triwulan III 2021, pertumbuhan konsumsi rumah tangga relatif rendah dibandingkan komponen lain, padahal komponen ini merupakan penyumbang terbesar pada kue perekonomian Indonesia," ujar Yusuf kepada Antara di Jakarta, Jumat.

Ia berpendapat perlambatan konsumsi rumah tangga terjadi salah satunya karena faktor restriksi mobilitas nasional yang dilakukan pada Juli dan awal Agustus 2021, tetapi seiring dengan pelonggaran di bulan berikutnya nampaknya belum mampu mendorong konsumsi masyarakat.

Karena itu, pemerintah diharapkan bisa menjaga kasus COVID-19 tetap melambat seperti saat ini agar pembatasan kegiatan masyarakat tak kembali diketatkan seperti awal triwulan III lalu.

Baca juga: IDI: tetap waspada meski kasus COVID-19 Indonesia melandai

Selain itu Yusuf menilai melambatnya konsumsi rumah tangga selaras dengan bantuan pemerintah, terutama untuk kelompok menengah dalam bentuk bantuan sosial tunai (BST) yang hanya disalurkan pada Juli saja untuk periode dua bulan, setelah itu bantuan untuk kelompok ini tidak disalurkan oleh pemerintah.

"Hal ini juga terkonfirmasi dari pertumbuhan belanja pemerintah yang juga ikut melambat pada triwulan III, seiring dengan penyesuaian yang dilakukan dalam beberapa pos belanja pemerintah, termasuk di dalamnya bantuan sosial," katanya.

Namun demikian ia menuturkan komponen yang menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi yaitu Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) merupakan komponen investasi, selaras dengan realisasi investasi yang tercatat oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), sehingga kondisi tersebut perlu dipertahankan di triwulan berikutnya dengan menjaga komitmen investasi yang ingin direalisasi.

Di sisi lain penanganan pandemi dengan cara mendorong anggaran Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) kesehatan juga perlu terus ditingkatkan oleh pemerintah.

"Harapannya penanganan pandemi yang lebih baik dapat menjaga ekspektasi pemulihan ekonomi oleh masyarakat, sehingga pada muaranya bisa mendorong tingkat konsumsi masyarakat ke pertumbuhan yang lebih tinggi," ujar Yusuf.

Baca juga: BPS: Ekspor triwulan III melonjak 50,9 persen, topang ekonomi tumbuh

Baca juga: Meski PPKM, Stafsus Presiden: Ekonomi RI berhasil tumbuh positif

Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2021