...kita butuh peran aktif dari seluruh masyarakat. Perlu digugah terus kesadaran bahwa isu iklim ini membutuhkan sikap nyata

Jakarta (ANTARA) - Menteri BUMN Erick Thohir mengungkapkan masalah perubahan iklim dan pemanasan global dapat berpengaruh pertumbuhan ekonomi.

Erick Thohir mengatakan dari dua pertemuan kenegaraan yang dirinya hadir ketika mendampingi Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Roma dan Glasgow, masalah perubahan iklim dan pemanasan global sangat tidak bisa diabaikan lagi. Bahkan isu iklim ini jauh lebih berat dari pandemi COVID-19 yang masih terjadi.

"Bukan apa-apa. Di antara banyak tantangan global yang kini dihadapi dunia, perubahan iklim menjadi salah satu yang terberat karena mengancam peradaban manusia. Bahkan perubahan iklim bisa berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan, dan stabilitas keuangan global," kata Menteri BUMN Erick Thohir seperti dikutip dari akun resmi Twitter-nya @erickthohir di Jakarta, Jumat.

Dalam dua pertemuan negara-negara ekonomi maju, G20 di Roma dan UN Climate Change Conference of the Parties (COP26) di Glasgow, ditekankan kembali agar pembangunan ekonomi di segala sektor, terutama industri energi, minerba, pertanian, perkebunan, juga kehutanan mengusung konsep green economy.

Indonesia sendiri telah memperbaharui komitmen iklimnya melalui dokumen Nationally Determined Contributions (NDC) yang dilengkapi dengan dokumen LTS-LCCR (Long Term Strategy – Low Carbon Climate Resilience).

Baca juga: Indonesia mengedepankan aksi bersama kendalikan perubahan iklim

"Namun sayangnya, upaya ini tidak cukup untuk membawa kita menjaga kenaikan suhu rata-rata bumi tidak lebih dari 1,5 derajat celsius. Karena itu, kita butuh peran aktif dari seluruh masyarakat. Perlu digugah terus kesadaran bahwa isu iklim ini membutuhkan sikap nyata," kata Erick Thohir.

Ini memang tantangan, lanjut Erick Thohir, apalagi masyarakat secara umum akan peduli dengan permasalahan yang ada di depan mata mereka. Karena itu, seluruh elemen masyarakat perlu membumi dan mengambil cara kontekstual untuk berbicara tentang perubahan iklim di masyarakat tanpa kecuali.

"Harus ada keterlibatan ormas, baik ormas sosial, budaya, dan agama untuk membantu literasi perubahan iklim kepada komunitasnya. Lalu kita perlu peran perempuan yang memiliki kemampuan dan pendekatan yang lebih mengena dalam mempengaruhi pola pikir serta cara pandang di masyarakat," ujarnya.

Yang tak kalah penting, kata Erick Thohir, kaum muda juga perlu dilibatkan dalam upaya pembuatan kebijakan untuk mengatasi perubahan iklim. Sebagai generasi yang akan hidup di masa depan, generasi muda yang akan menanggung dampak krisis iklim yang tidak ditanggapi secara serius di masa depan.

Menteri BUMN menjelaskan jika semua potensi yang dimiliki bisa diberdayakan terus tanpa henti untuk meliterasi tentang perubahan iklim di masyarakat luas, maka pemahaman akan pentingnya lingkungan hidup dan keharusan untuk menekan emisi karbon akan meningkat.

"Dan pada akhirnya, semua orang akan memahami konteks dan turut berperan aktif dalam menjaga bumi ini tetap bersih, hijau, dan memberi manfaat ekonomi yang lebih besar. Antara lain, terciptanya peluang industri baru dan lapangan kerja yang lebih besar, harga energi lebih terjangkau serta manfaat sosial dan ekonomi, seperti udara yang lebih bersih dan mengurangi ancaman bencana hidrometeorologi akibat perubahan iklim. Salam hijau," kata Erick Thohir.

Baca juga: Negara-negara kaya diminta penuhi janji atasi perubahan iklim

Pewarta: Aji Cakti
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2021