Sanaa (ANTARA News) - Anggota-anggota Al-Qaeda melancarkan serangan ke sebuah pos keamanan di provinsi Marib, Yaman bagian timur, Kamis, yang menyulut bentrokan yang menewaskan tiga militan dan dua polisi, kata sejumlah pejabat.
Bentrokan itu terjadi di dekat sebuah ladang minyak di Safer, Marib, dimana gerilyawan suku menyabotase sebuah pipa saluran minyak pada Selasa, kata para pejabat keamanan dan sumber suku, seperti dilaporkan AFP.
"Sekelompok anggota Al-Qaeda dalam dua kendaraan... menyerang sebuah pos keamanan di Marib... dimana mereka bentrok dengan pasukan keamanan yang mengakibatkan dua polisi dan tiga unsur Al-Qaeda tewas dan beberapa lain cedera," kata pejabat-pejabat itu.
Sebuah pernyataan yang disiarkan di situs kementerian pertahanan 26sep.net news mengatakan, "Sejumlah teroris Al-Qaeda menyerang pos keamanan itu ketika polisi sedang makan siang."
"Polisi juga menahan salah satu mobil dan menemukan senapan-senapan mesin di dalamnya," dan mereka yang berada di dalam mobil lain melarikan diri dengan membawa sejumlah militan yang terluka, kata pernyataan itu mengutip seorang pejabat kementerian tersebut.
Orang-orang suku Yaman menyerang pipa minyak di masa silam untuk memprotes kebijakan pemerintah, yang kini menghadapi protes yang meningkat menuntut pengunduran diri rejim.
Juga Kamis, pasukan Yaman menangkap dua gerilyawan Al-Qaeda, temasuk seorang pemimpin lokal jaringan militan tersebut, di Taez sebelah selatan Sanaa, kata seorang pejabat keamanan.
"Pasukan keamanan Yaman menangkap Kahled Saeed Baterfi dan Amer al-Lahji di sebuah pos pemeriksaan di Taez," kata pejabat itu, yang mengidentifikasi Baterfi sebagai seorang pemimpin Al-Qaeda di provinsi wilayah selatan Abyan, dan menyebut Lahji seorang militan.
Yaman adalah negara leluhur pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden dan hingga kini masih menghadapi kekerasan separatis di wilayah utara dan selatan.
Yaman Utara dan Yaman Selatan secara resmi bersatu membentuk Republik Yaman pada 1990 namun banyak pihak di wilayah selatan, yang menjadi tempat sebagian besar minyak Yaman, mengatakan bahwa orang utara menggunakan penyatuan itu untuk menguasai sumber-sumber alam dan mendiskriminasi mereka.
Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh mendesak rakyat Yaman tidak mendengarkan seruan-seruan pemisahan diri, yang katanya sama dengan pengkhianatan.
Negara-negara Barat, khususnya AS, semakin khawatir atas ancaman ekstrimisme di Yaman, termasuk kegiatan Al-Qaeda di Semenanjung Arab (AQAP).
Para komandan militer AS telah mengusulkan anggaran 1,2 milyar dolar dalam lima tahun untuk pasukan keamanan Yaman, yang mencerminkan kekhawatiran yang meningkat atas keberadaan Al-Qaeda di kawasan tersebut, kata The Wall Street Journal bulan September.
Negara-negara Barat dan Arab Saudi, tetangga Yaman, khawatir negara itu akan gagal dan Al-Qaeda memanfaatkan kekacauan yang terjadi untuk memperkuat cengkeraman mereka di negara Arab miskin itu dan mengubahnya menjadi tempat peluncuran untuk serangan-serangan lebih lanjut.
Yaman menjadi sorotan dunia ketika sayap regional Al-Qaeda AQAP menyatakan mendalangi serangan bom gagal terhadap pesawat penumpang AS pada Hari Natal.
AQAP menyatakan pada akhir Desember 2009, mereka memberi tersangka warga Nigeria "alat yang secara teknis canggih" dan mengatakan kepada orang-orang AS bahwa serangan lebih lanjut akan dilakukan.
Para analis khawatir bahwa Yaman akan runtuh akibat pemberontakan Syiah di wilayah utara, gerakan separatis di wilayah selatan dan serangan-serangan Al-Qaeda. Negara miskin itu berbatasan dengan Arab Saudi, negara pengekspor minyak terbesar dunia.
Selain separatisme, Yaman juga dilanda penculikan warga asing dalam beberapa tahun ini. (M014/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011