Jakarta (ANTARA Nws) - Pemerintah Jepang meminta Indonesia untuk meningkatkan pasokan minyak bumi dan gas alam cair (LNG) untuk mengatasi krisis listrik akibat bencana gempa dan tsunami.

"Akibat tsunami dan gempa, PLTN rusak dan terjadi kekurangan listrik secara besar-besaran karena terjadi kekurangan listrik Jepang melakukan penghematan listrik secara berencana," kata Wakil Menteri Luar Negeri Jepang, Makiko Kikuta di Jakarta, Kamis.

Pada Kamis (17/3) ini, Makiko Kikuta melakukan pertemuan dengan Menko Perekonomian Hatta Rajasa di Hotel Borobudur Jakarta.

Makiko mengakui, sejak terjadinya gempa dan tsunami, PLTN di negara itu rusak parah sehingga saat ini Jepang kekurangan pasokan listrik.

"Saya meminta kepada Hatta agar pemerintah memberikan tambahan energi dan gas alam cair serta minyak bumi kepada Jepang," ujarnya.

Permintaan tersebut, lanjut Makiko, telah disampaikan kepada Menko Perekonomian Hatta Rajasa dalam pertemuan tersebut.

"Pak Hatta telah menyampaikan beliau menanggapi secara serius terhadap permintaan saya. Kita mengharapkan bantuan LNG dan minyak bumi," tegasnya.

Menanggapi permintaan itu, Hatta mengaku belum memberikan keputusan karena harus dibahas dengan Menteri ESDM.

"Ada permintaan, tentu yang pertama kita akan bahas bersama menteri ESDM dan saya akan laporkan segera kepada Presiden. Kita menanggapi itu dengan serius," jelas Hatta.

Hatta mengakui belum mengetahui berapa jumlah permintaannya. Hanya saja, kebutuhan listrik Jepang sama besarnya dengan kebutuhan listrik di Pulau Jawa.

"Belum disampaikan jumlahnya, tapi kalau melihat padamnya PLTN nuklir itu sama dengan luas Pulau Jawa, itu artinya puluhan ribu megawatt, tentu jumlahnya cukup besar," ujarnya.

Ketika ditanyai mengenai apakah Indonesia mampu memenuhi permintaan Jepang tersebut sementara di Indonesia pun mengalami kekurangan gas, Hatta menyatakan kekurangan gas yang dialami Indonesia bukan karena kurangnya persediaan, melainkan tidak adanya terminal penampung.

"Saya belum lihat, kalau kita kekurangan itu bukan karena kita tidak punya LNG tapi kita tidak punya `receiving terminal`," katanya.(*)

(T.A039/S025)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011