Langkah tersebut dilakukan karena perusahaan berjuang untuk merampungkan peningkatan produksi dua dosis inokulasi vaksin yang menyebabkan sahamnya turun 11 persen pada perdagangan awal pasar.
Perusahaan mengatakan prakiraan penjualan saat ini di kisaran 15-18 miliar dolar AS (Rp215,3-Rp258,4 triliun) dari prakiraan sebelumnya senilai 20 miliar dolar AS.
Pengiriman dipatok antara 700-800 juta dosis per tahun, berubah dari proyeksi sebelumnya sebanyak 800 juta hingga satu miliar dosis sepanjang 2021.
Perusahaan menyebut waktu tunggu lebih lama untuk pengiriman internasional dan imbas sementara dari ekspansi kapasitas pembotolan untuk vaksin dapat menggeser sebagian pengiriman ke tahun 2022.
Moderna pada Agustus mengakui pihaknya “terkendala kapasitas” untuk 2021 dan telah berhenti menerima pesanan tahun ini.
Produksi vaksin Moderna tertinggal jauh dari saingannya, Pfizer Inc, yang memperkirakan penjualan vaksin COVID-19 sebesar 36 miliar dolar AS pada 2021 dan sekitar 29 miliar dolar AS pada 2022.
Awal tahun ini, Moderna mencatatkan kekurangan dosis vaksin untuk Inggris dan Kanada pada kuartal kedua lantaran peningkatan produksi yang tidak merata.
Namun Moderna mengatakan penjualannya bisa mencapai kisaran 17-22 miliar dolar AS pada 2022 seiring dengan sejumlah kesepakatan yang ditandatangani dengan lebih banyak negara untuk pembelian dosis vaksin dan booster-nya.
Penerjemah: Juwita Trisna Rahayu
Editor: Bayu Prasetyo
Copyright © ANTARA 2021