Jakarta (ANTARA) - Dua bulan menjelang pergantian tahun, bank-bank nasional berlomba-lomba menawarkan kredit pemilikan rumah/apartemen (KPR/KPA) menyusul kian rendahnya tingkat bunga kredit.

Tak hanya bank BUMN, bank-bank swasta nasional juga ikut masuk ke dalam ceruk ini. Tawaran menarik digulirkan mulai dari bebas uang muka alias DP 0 hingga angsuran yang dapat dicicil sampai 30 tahun.

Tingginya minat bank untuk membiayai KPR/KPA tidak terlepas dari iklim ekonomi yang mulai bergerak ke arah positif. Tak hanya itu, properti terutama perumahan sejauh ini merupakan sektor yang paling aman.

Mengapa disebut aman. Sebagian besar pembeli rumah atau unit apartemen dalam kondisi pandemi saat ini memang untuk ditempati. Bekerja dari rumah dan sekolah/kuliah dari rumah, tentunya menuntut hunian yang nyaman dan jauh dari hiruk pikuk yang mengganggu.

Foto udara gedung apartemen dan perumahan mewah di atas mal di Jakarta, Minggu (10/1/2021). ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/wsj. (ANTARA FOTO/ADITYA PRADANA PUTRA)

Perbankan melihat para pekerja yang membutuhkan hunian yang nyaman dan terjangkau lantas menjembataninya dengan KPR/KPA. Di tengah daya beli masyarakat yang menurun akibat pandemi, tentunya membutuhkan pembiayaan yang murah, mudah, dan terjangkau.

Tak hanya itu, prosedur yang tak berbelit-belit serta jangka waktu persetujuan kredit yang singkat menjadi nilai tambah bagi masyarakat dalam memutuskan layanan perbankan yang diinginkan.

Misalnya, inovasi yang digelontorkan salah satu bank plat merah yang tidak ingin pemilik rumah/apartemen merasa terbebani dengan angsuran yang memberatkan. Pemilik rumah dapat memanfaatkan angsuran kredit secara berjenjang sesuai dengan kemampuannya.


Tetap cerah
Kalangan perbankan melihat prospek industri properti khususnya hunian tetap cerah ke depannya. Beberapa bank bahkan sudah menyiapkan target-target hunian yang dapat dibiayai ke depannya.

Seperti diutarakan Wakil Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk, Nixon LP Napitupulu, yang menargetkan dapat membiayai 250.000 hingga 300.000 unit rumah pada tahun 2022.

Baca juga: Survei BI: Penjualan properti naik pada triwulan I 2021

Target ini menurut Nixon, tidak muluk-muluk. Pertimbangannya permintaan terhadap hunian masih tinggi pada tahun 2022. Terkait hal itu pelayanan perbankan menjadi kunci terutama terkait kemudahan mendapatkan kredit perbankan.

Mengutip survei terhadap 99 orang di Jakarta berusia di antara 25 sampai 30 tahun, menikah dan menjadi orang tua adalah dua alasan utama yang mendorong orang dewasa muda untuk memiliki rumah.

Bahkan membeli rumah diyakini sebagai bukti pencapaian kesuksesan dalam berkarier. Hal ini menunjukkan bahwa kepemilikan rumah lebih didorong oleh faktor untuk memenuhi kebutuhan dasar keluarga.

Suasana pembangunan kompleks perumahan bersubsidi di Bogor, Jawa Barat, Senin (6/1/2020). . ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya/wsj.

Dihubungi terpisah, Directors Head of Research and Consultancy Savills Indonesia, Anton Sitorus, mengungkapkan, prospek sektor perumahan tahun depan masih sangat bagus, pasalnya selain angka backlog yang tinggi, pertumbuhan rumah tangga baru/ keluarga baru (household) juga masih positif.

Untuk saat ini, Investasi di sektor perumahan bagi keluarga yang baru menikah menjadi waktu yang tepat setelah hampir dua tahun pandemi COVID-19 melanda Tanah Air dan dunia. Pertimbangan investasi di sektor ini antara lain karena banyaknya aset properti yang dijual di bawah harga pasar, bahkan masih ada yang memberikan diskon, kata Anton.

Baca juga: Menteri PUPR sebut insentif PPN bantu tingkatkan penjualan properti

Lebih lanjut Anton mengatakan, turunnya kasus positif COVID-19 dan sentimen ekonomi bisnis membaik menjadi momentum positif yang akan mendorong pertumbuhan bisnis properti.

Perubahan yang cepat sangat positif di hampir seluruh wilayah melandai, tentu saja berdampak positif terhadap kegiatan bisnis, termasuk properti. Pengusaha berharap, tren penjualan membaik di semester pertama 2022 akan berlanjut.

Bagi keluarga baru, ataupun generasi milenial, terutama pembeli rumah pertama menjadi waktu yang tepat untuk berinvestasi properti dengan tingkat suku bunga KPR yang di bawah 10 persen. Siklus bergerak naik, inilah yang diharapkan akan menjadi gain dari investasi properti. Momennya masih ada, masih terbuka. Sekarang waktu tepat cari peluang investasi properti, paparnya.


Milenial pasar utama
Bangkitnya sektor properti sedikit banyak ditunjang pasar dari segmen milenial, bahkan tidak sedkit pengembang perumahan menjadikannya sebagai pasar utama.

Segmen milenial ini memang menjadi pasar potensial, selain mudah digandengan dengan perbankan juga dimungkinkan memanfaatkan fasilitas kredit dengan jangka waktu sampai 30 tahun. Hal ini mengingat sebagian besar dari kalangan milenial ini menempati posisi yang mapan di perusahaan.

Ketua Umum Ketua Umum DPP Realestat Indonesia (REI), Paulus Totok Lusida, memperkirakan, pangsa pasar milenial ini mencapai 70 persen. Alasan kelompok ini banyak didekati perbankan adalah karena memiliki pendapatan yang lebih stabil.

Totok mengatakan potensi generasi milenial untuk membeli properti relatif besar. Kemampuan kelompok ini memenuhi gaya hidupnya selama ini karena ditopang penghasilan yang cukup memadai.

Baca juga: COVID-19, pengembang perlu berikan insentif bagi pembeli properti baru

Apabila penghasilan milenial itu digabung dengan pasangannya, tentu daya beli mereka akan jauh lebih besar lagi. Jadi mestinya generasi milenial mampu mencicil rumah Rp 2,5 juta sampai Rp 3 juta per bulan, ungkap Totok.

Ketum REI ini optimistis, industri properti tumbuh dengan sentimen positif seperti suksesnya program vaksinasi COVID-19 yang akan memicu pertumbuhan ekonomi pada tahun mendatang.

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono (dua dari kiri) tengah menunjuk maket didampingi Direktur Utama BTN Pahala Nugraha Mansury (paling kiri) usai membuka pameran properti virtual IPEX yang diselenggarakan tanggal 22 Agustus - 30 September 2020.

Dia menjelaskan, terdapat beberapa kombinasi insentif pemerintah yang diterapkan untuk memerangi dampak negatif COVID-19 terhadap perekonomian, antara lain, UU Cipta Kerja No. 11/2020 yang telah mulai berlaku, yang akan memangkas birokrasi perizinan, sehingga menciptakan lingkungan yang ramah bisnis.

Paulus mengungkapkan, kebijakan insentif pengurangan pajak pertambahan nilai (PPN) rumah baru diberlakukan pada Maret lalu, total penjualan properti telah menembus sekitar Rp200 triliun hingga Juni 2021.

Tinggal kini mencocokkan selera dari generasi penerus ini terhadap tipe rumah. Namun yang jelas mereka mengharapkan hunian yang dapat menunjang pekerjaan.

REI menargetkan, penjualan properti mencapai Rp 500 triliun hingga akhir tahun 2021 seiring perpanjangan kebijakan PPN Ditanggung Pemerintah (DTP), serta dengan catatan tidak ada gelombang ketiga kasus penularan COVID-19.

Baca juga: Pengembang properti optimalkan penjualan daring selama PPKM Darurat
Baca juga: Konsultan: Insentif PPN dongkrak penjualan rumah tapak di triwulan II

Editor: Riza Harahap
Copyright © ANTARA 2021