Kairo (ANTARA News) - Gejolak politik di Bahrain yang kian memburuk sejauh ini belum mempengaruhi keamanan bagi sekitar 8.000 warga negara Indonesia (WNI) di negara Teluk kaya minyak itu.
"Semua WNI masih aman sehingga belum ada rencana evakuasi," kata Kuasa Usaha Ad-Interim (KUAI) Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Manama, Agus Salim, yang dihubungi ANTARA dari Kairo lewat telepon, Rabu malam.
Menurut Agus Salim, jumlah WNI di Bahrain berkisar 8.000 orang terdiri atas 5.623 tenaga kerja wanita (TKW), tenaga profesional 877 orang, 19 orang staf KBRI dan keluarga mereka, delapan mahasiswa, dan sejumlah perawat di beberapa rumah sakit.
"Suasana para TKW di sini berada dalam keadaan aman di rumah majikan mereka, begitu pula WNI lainnya," katanya.
Kendati demikian, KBRI telah mengimbau semua WNI untuk selalu waspada dan menjauhi tempat-tempat konsentrasi unjuk rasa, juga mematuhi jam malam atau larangan keluar rumah di malam hari mulai dari pukul 16.00-04.00 waktu setempat.
KBRI Manama sendiri baru ada tiga bulan, yang diresmikan oleh Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa pada 29 Desember 2010 bersama dengan sepuluh Perwakilan RI di sejumlah negara sahabat.
Sementara itu, beberapa negara seperti Kanada, Turki, China dan Filipina telah mengimabu warganya untuk meninggalkan negara tersebut menyusul revolusi model Tunis dan Mesir melanda negara kerajaan berpenduduk 1,2 juta jiwa itu.
Aksi kekerasan di negara itu memaksa Raja Hamad Bin Isa Al Khalifa pada awal pekan ini mengundang pasukan negara-negara tetangga termasuk Arab Saudi untuk membantu meredam oposisi kaum Syiah.
Sedikitnya empat orang tewas di ibu kota Bahrain, Manama, pada Rabu akibat bentrokan antara pengunjuk rasa dan aparat keamanan.
Sumber-sumber rumah sakit mengatakan dua polisi dan dua pemrotes tewas dalam aksi kekerasan para Rabu, sehari setelah pasukan Arab Saudi memasuki negara itu menyusul taklimat pemgberlakuan undang-undang darurat untuk membendung aksi kekerasan. (*)
(T.M043/Z002)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011