Muntok (ANTARA News) - Wisma Menumbing sebagai tempat pengasingan Presiden Soekarno di Kota Muntok, Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Bangka Belitung, terancam rubuh akibat maraknya aktivitas penambangan bijih timah di sekitar bangunan bersejarah itu.
"Penambang bijih timah marak di kawasan Wisma Menumbing, jika terus dibiarkan maka bangunan wisma bersejarah ini bisa rubuh, karena batu-batu besar yang menjadi penyangga bangunan selama ini akan bergeser akibat dikeruk penambang timah," kata Kepala Dinas Sumber Daya Mineral (ESDM) Bangka Barat, Choirul Amri di Muntok, Rabu.
Ia menjelaskan, pemerintah daerah akan melakukan upaya pendekatan dengan para penambang bijih timah, memberikan pencerahan dan pengertian untuk tidak menambang di kawasan Wisma Menumbing yang berada persis di puncak Gunung Menumbing itu.
Wisma Menumbing yang didirikan pada 1927 berada di puncak Gunung Menumbing dan bangunannya berdiri di atas ketinggian 450 meter dari permukaan laut, merupakan aset sejarah yang harus terus dilestarikan, karena menjadi tempat pengasingan Presiden Soekarno dan para tokoh republik pada masa pemerintahan kolonial Belanda.
"Dalam upaya menertibkan penambangan bijih timah di kawasan hutan konservasi ini, kami melibatkan berbagai pihak, terutama melibatkan komponen yang berkompeten seperti aparat kepolisian untuk menertibkannya," ujarnya.
Ia mengemukakan, jutaan tahun yang lalu, kawasan Menumbing terbentuk dari intuisi, banyak bongkahan yang kemudian runtuh dan terbentuk Gunung Menumbing sekarang yang penuh dengan batu-batuan besar.
Menurut dia, pohon yang tumbuh di kawasan hutan Menumbing banyak yang tumbang ketika terjadi angin kencang karena tumbuh di sela-sela batu sehingga akarnya tidak kuat menahan angin dengan kecepatan tinggi.
"Praktis setiap hujan lebat disertai angin kencang, beberapa pohon di kawasan Menumbing tumbang dan ini membuktikan batu-batu besar berfungsi sebagai penyangga bukit Menumbing, jika masyarakat terus menambang bijih timah di kawasan tersebut maka rawan longsor dan mengancam bangunan Wisma Menumbing," ujarnya.
Berdasarkan informasi tertulis dan terpajang di ruang 102 Wisma Menumbing, Soekarno dan sejumlah tokoh nasional lainnya dibawa ke tempat ini dibagi menjadi tiga kelompok atau rombongan.
Rombongan pertama Mohammad Hatta, Mr A.G. Pringgodigdo, Mr. Assaat dan Komodor Udara S Suryadarma yang diasingkan 22 Desember 1948 dari Yogyakarta. Kemudian rombongan kedua Mr. Moh Roem dan Mr. Ali Sastroamidjojo yang diasingkan dari Yogyakarta ke Manumbing pada 31 Desember 1948 dan rombongan ketiga Bung karno dan Agus Salim juga diasingkan ke Bangka pada 6 Februari 1949 dari tempat pengasingannya semula di Kota Prapat, Sumatera Utara.(*)
(T.KR-HDI/013)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011