Jakarta (ANTARA News) - Menko Perekonomian Hatta Rajasa menyatakan bahwa penggunaan energi nuklir merupakan alternatif terakhir bagi Indonesia jika memang sudah tidak ada lagi energi alternatif yang tersedia.

"Saya hanya ingin sampaikan ada atau tidak ada gempa di Jepang, Indonesia menempatkan nuklir pada pilihan terakhir, kalau tidak ada energi lain. Sepanjang kita punya energi alternatif atau campuran, itu (nuklir) letaknya di pilihan akhir, dengan tidak menutup diri tapi itu pilihan terakhir," kata Hatta di Jakarta, Rabu.

Menurut dia, saat ini pemerintah lebih memilih pengembangan energi alternatif lain sebagai pengganti BBM untuk pembangkit listrik.

Ia menyebutkan, saat ‎ini jenis energi alternatif yang perlu dipercepat penyelesaiannya adalah gas. Pemerintah perlu mempercepat pembangunan infrastruktur untuk gas termasuk membangun terminal terapung di laut.

"Saya kira gas itu harus dipercepat, kendaraan transportasi umum dan pribadi harus menggunakan gas, stasiun pompa bahan bakar gas (SPBG) diperbanyak. Mungkin perlu insentif untuk pembelian converter, lebih penting percepat receiving terminal, agar daerah penghasil LNG bisa disalurkan ke daerah yang membutuhkan," katanya.

Menurut Hatta, pengembangan energi alternatif harus dilakukan sehingga kuota BBM bersubsidi dalam APBN 2011 sebesar 38,5 juta kiloliter tidak membengkak.

"Tidak ada jalan lain harus ada penurunan biaya pokok penyediaan (BPP) dengan cara pengembangan energi alternatif. Jangan tergantung kepada BBM, tapi perlu percepat batubara, dan geothermal," katanya.

Sementara itu menanggapi harga BBM jenis pertamax yang mengalami kenaikan, Hatta menilai, yang harus dilakukan adalah mempercepat produksi energi alternatif seperti gas dan energi terbarukan.

Hatta meminta agar ketergantungan terhadap BBM dikurangi dengan energi baru, baik untuk listrik maupun transportasi.

"Yang penting saya lebih merespon pada jangka menengah dan panjang di mana energi alternatif harus digerakkan secepat mungkin, energi-energi terbarukan harus cepat, gas harus dipercepat, karena kita punya sumur yang baik. Kita harus all out tingkat produksi, saya lebih cenderung menengah panjang bukan reaktif menaikkan. Kita lebih pada menengah panjang," kata Hatta.

(ANTARA/S026)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011