Jakarta (ANTARA) - Head Of Investment Information PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia Roger M.M menilai penarikan stimulus atau tapering oleh bank sentral Amerika Serikat The Federal Reserve (The Fed) yang akan dimulai pada November ini tidak akan berdampak signifikan terhadap Indonesia.
"Dampak dari tapering tidak akan terlalu signifikan untuk market Indonesia. Kalaupun terjadi capital outflow, tidak terlalu signifikan," ujar Roger dalam sebuah diskusi di Jakarta, Kamis.
Menurut Roger, investor akan lebih mencermati hasil laporan keuangan kuartal III 2021 dan data-data domestik ekonomi Indonesia seperti Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur pada Oktober mencapai 57,2 yang merupakan level tertinggi dalam sejarah.
"Akhir tahun atau di Desember nanti kemungkinan investor akan cenderung melakukan window dressing dari laporan kuartal III dan ekonomi yang membaik," kata Roger.
Ia pun memprediksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada akhir tahun masih akan bisa mencapai level yang telah diperkirakan oleh Mirae Sekuritas sebelumnya yaitu di level 6.880.
Baca juga: Aviliani: Optimisme masyarakat akan tahan dampak "tapering" Fed
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Martha Christina menambahkan, efek dari tapering The Fed akan relatif minim karena memang sudah diekspektasikan oleh pelaku pasar dan sudah diinfokan oleh bank sentral AS itu sejak jauh-jauh hari.
"Mungkin efek lebih besar bagaimana perubahan suku bunga dari The Fed itu yang sampai meeting kemarin belum ada indikasinya ke arah sana. Jadi sejauh ini saya rasa dampak tapering tidak akan terlalu banyak," ujarnya.
Sementara itu, untuk target IHSG di level 6.880, Martha optimistis akan tercapai seiring dengan pembukaan kembali atau reopening ekonomi Indonesia saat ini .
"Biasanya belanja juga digenjot pada kuartal IV dan kenaikan harga komoditas juga akan memberikan efek bola salju dan menggairahkan ekonomi secara keseluruhan," kata Martha.
Baca juga: Analis: Tapering The Fed tak akan terlalu ganggu pasar saham
Pada Kamis dini hari tadi, The Fed menyatakan akan mulai melakukan pengurangan stimulus pada November ini dan kemungkinan tidak memerlukan kenaikan suku bunga yang cepat.
Bank sentral AS itu mengumumkan pemotongan bulanan 15 miliar dolar AS menjadi 120 miliar dolar AS dalam pembelian bulanan obligasi pemerintah dan sekuritas yang didukung hipotek, tetapi tidak banyak memberi sinyal kapan mungkin bank sentral memulai fase berikutnya dari "normalisasi" kebijakan dengan menaikkan suku bunga.
Baca juga: Ekonom yakini dampak tapering terhadap ekonomi Indonesia relatif minim
Baca juga: Secercah harapan dari tapering Bank Sentral AS untuk ekonomi RI
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2021