Washington (ANTARA News) - Pemerintah Presiden Barack Obama menetapkan strategi Timur Tengah yang lebih menyukai sekutu Arab lama yang mau melakukan reformasi tetap berkuasa, demikian laporan Wall Street Journal Jumat.

Menyebut pejabat dan diplomat yang tidak disebutkan namanya, surat kabar itu mengatakan pemerintah condong kepada pendekatan ini bahkan jika berarti tuntutan demokrasi penuh warga negara-warga negara Arab harus menunggu, demikian AFP melaporkan.

Daripada mendesakkan perubahan segera -- seperti halnya di Mesir dan kini Libya -- Amerika Serikat sedang mendesak para pemrotes dari Bahrain hingga Maroko agar bekerja bersama dengan para penguasa yang ada menuju apa yang sejumlah pejabat dan diplomat itu kini sebut "rejim perubahan," laporan itu mengatakan.

Pendekatan moderat AS muncul menyusul lobi pemerintah-pemerintah Arab yang khawatir bahwa Obama telah meninggalkan pemimpin Mesir Hosni Mubarak, kata Jurnal itu.

Para penguasa Arab khawatir bahwa, jika Washington melakukan hal yang sama terhadap raja Bahrain, rantai revolusi dapat menyapu mereka dari tampuk kekuasaan juga, catat surat kabar itu.

Seorang pejabat senior pemerintahan mengakui bulan yang sudah berlalu merupakan proses pembelajaran bagi para pembuat kebijakan, kata laporan itu.

"Keseluruhan dari apa yang kami bicarakan ini adalah bahwa ada kebutuhan untuk melakukan reformasi politik, ekonomi dan sosial, namun pendekatan khasnya akan bergantung negara per negara," kata Jurnal itu mengutip pejabat yang tidak mau disebutkan namanya tersebut.  (ANT/K004)

Pewarta: Kunto Wibisono
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011