Pekanbaru (ANTARA News) - Perbankan Syariah di Indonesia membutuhkan hingga 50 ribu tenaga kerja terlatih di bidang keuangan syariah untuk mencapai target pangsa pasar lima persen pada tahun 2011.
"Setidaknya diperlukan hingga 50 ribu sumber daya Islam yang memiliki basis kemampuan ekonomi keuangan syariah yang bermutu dan kompetan," kata Peneliti dari Institute for Management and Islamic Economic Development (IMIE), Dedi Iskandar pada "International Seminar on Islamic Economic" di Pekanbaru, kemarin.
Pada Seminar Internasional Ekonomi Islam itu, disampaikan data Bank Indonesia (BI) tentang jumlah nasabah Bank Islam di Indonesia hingga tahun 2010 mencapai enam juta orang dengan jumlah karyawan yang bekerja lebih dari 20 ribu orang.
Menurut dia, kebutuhan tenaga kerja terlatih di bidang perbankan syariah terus meningkat seperti di lembaga-lembaga lainnya seperti asuransi syariah, pasar modal syariah, reksadana syariah, pegadian syarian hingga Baitul Malwat Tamwil (BMT).
"Tingginya kebutuhan sumber daya islam bank syariah ini menunjukan bahwa sistem ekonomi syariah semakin dibutuhkan oleh masyarakat," ujarnya.
Namun, ia menyayangkan lembaga pendidikan ekonomi keuangan syariah menghadapi sejumlah kendapa untuk pengembangan kualitas, seperti keterbatasan ahli ekonomi keuangan syariah yang menguasai secara komprehensif ilmu ekonomi, keuangan sekaligus ilmu syariah. Ia mengatakan umumnya para pakar yang ada tidak secara kompleks menguasai ilmu ekonomi sekaligus fiqh.
Kendala lainnya adalah belum ada penghubung (linkage) yang baik antara lembaga pendidikan dan lembaga keuangan syariah.
"Antara institusi pendidikan dan lembaga keuangan syariah berjalan sendiri-sendiri dan sibuk dengan persoalannya masing-masing," kata Dedi yang juga dosen tetap pada STIE Riau itu.
Bahkan, ia mengatakan lima perguruan tinggi utama seperti UI, UGM, Unair, Unpad dan Undip, tidak satu pun memiliki Jurusan Ekonomi Islam untuk tingkat sarjana atau strata I (SI). Fakultas Ekonomi UI dan UGM yang selama ini merupakan "menara gading" tempat lahirnya pakar ekonomi sangat kekurangan tenaga pengajar yang memahami islam yang konprehensif dan tidak berani membuka jurusan ekonomi Islam.
Menurut dia, UI hanya memiliki program Master untuk ekonomi dan keuangan syariah tapi masuk ke dalam program studi Kajian TImur Tengah, bukan masuk Fakultas Ekonomi. Sedangkan, program Master ekonomi Islam di UGM hanya bertahan satu tahun setelah dibuka karena tak ada peminat.
"Di UGM sendiri program studi ekonomi Islam akhirnya ditutup, hanya bertahan satu tahun karena tak ada peminat," katanya.
Peneliti Senior BI, Rifki Ismail, mengatakan kurangnya sumber daya manusia (SDM) menjadi kendala yang hingga kini terus membayangi perkembangan perbankan syariah di Indonesia. Padahal, potensi perbankan syariah sangat cerah dan juga didukung oleh regulasi yang kuat.
"Kurangnya SDM menjadi kendala bagi perkembangan perbankan syariah dan harus segera diatasi," ujarnya.
Dampaknya, hingga kini pangsa pasar perbankan syariah di Indonesia baru sekitar tiga persen dari pangsa pasar nasional. Jumlah itu sangat jauh dibandingkan perbankan syariah di Malaysia yang telah menyentuh angka 20 persen, padahal jumlah populasi muslim di Indonesia lebih besar.(*)
(T.F012/M019)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011