Pekanbaru (ANTARA News) - Dukungan media massa dinilai masih minim terhadap pertumbuhan bank syariah di Indonesia, meski lembaga keuangan itu terbukti mampu bertahan dari terpaan krisis dunia.
"Bank syariah mulai hadir di Indonesia sejak awal tahun 1990-an, namun porsi yang diberikan media bagi pertumbuhan perbankan syariah masih sangat kecil," ujar Dirut Perum LKBN ANTARA, Ahmad Mukhlis Yusuf, di Pekanbaru, kemarin.
Pernyataan itu disampaikan dirut Perum LKBN ANTARA, dalam seminar internasional ekonomi Islam empat negara Indonesia, Jordania, Palestina, dan Malaysia, mengambil tema "Membangun Ekonomi Umat Dengan Model Ekonomi Islam".
Akibat minim dukungan itu, kata Ahmad Mukhlis Yusuf, maka perbankan syariah telah hadir selama hampir 20 tahun di Indonesia, tapi aset yang dibukukan masih terlalu kecil dibanding bank konvensional.
Berdasarkan data Bank Indonesia, hingga akhir tahun 2010 aset perbankan syariah di Tanah Air baru menembus angka Rp100 triliun, atau sekitar 3,2 persen dari total aset perbankan nasional.
Dirut Perum LKBN ANTARA itu juga memberikan beberapa catatan yang bisa diterapkan media bagi pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia antara lain menjelaskan dengan gamblang mengenai sistem yang dianut perbankan syariah.
Kemudian mengambil sudut berita yang menarik untuk ditulis, seperti daya tahan perbankan syariah saat krisis dunia terjadi. Media juga harus mampu memberi interprestasi antara fakta bank syariah dengan isu ekonomi yang berkembang.
"Dengan pemberitaan yang terus menerus dilakukan, maka media diyakini mampu mengubah untuk mewujudkan ekonomi syariah di negeri yang kita cintai ini," ujarnya.
Penulis dari asosiasi sastra di Jordania, Umar Muhammad, pada kesempatan terpisah mengatakan, setelah terjadi krisis keuangan dunia tahun 2008, bank syariah terus tumbuh di negara-negara Eropa dan Amerika.
Meski demikian, dalam praktik perbankan syariah perlu melakukan evaluasi titik lemah untuk perkembangan di masa mendatang antara lain harus berdiri atas prinsip keadilan, meningkatkan akhlak sumber daya manusia dan karakter bank itu sendiri.
"Perbankan syariah masih lemah dalam melakukan inovasi produk yang ditawarkan kepada nasabah, karena itu harus ada evaluasi yang didasarkan pada keadilan Allah, keseimbangan, dan menjauhi kerusakan," jelasnya.(*)
(T.M046/S006)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011