Saya bilang ' kok dibuka' ,dan tak lama kemudian meledak
Jakarta (ANTARA News) - Petugas kepolisian sempat diingatkan saat "mengutak-atik" paket mencurigakan di Komunitas Utan Kayu, Jakarta Timur. Namun, paket tersebut akhirnya meledak.
"Teman-teman polisi itu kurang hati-hati. Mereka tidak menunggu yang lebih berwenang seperti Gegana," kata Sutedjo, Wakil Direktur Institut Studi Arus Informasi yang juga berkantor di Komunitas Utan Kayu.
Sutedjo mengemukakan dirinya terlebih dulu menegur para petugas kepolisian berpakaian preman saat paket mencurigakan tersebut mulai di "utak-atik".
"Saya bilang ' kok dibuka' ,dan tak lama kemudian meledak," kata Sutedjo.
Sementara itu office boy Komunitas Utan Kayu, Nurcahya, mengemukakan dirinya yang membawa paket tersebut ke kantor Jaringan Islam Liberal di lantai 2.
"Paketnya datang jam 10 pagi tiba di resepsionis. Jam 13.00 WIB saya disuruh resepsionis membawa paket itu ke JIL di lantai 2," kata Nurcahya.
Dia melanjutkan, saat paket itu tiba di lantai 2, pihak JIL yang diwakili Sayidiman sedang menerima tiga petugas polisi berpakaian preman.
Sayidiman dan petugas polisi curiga dengan paket tersebut karena terlihat kawat di dalamnya. Nurcahya kemudian diminta membawa paket tersebut turun ke tempat terbuka.
"Paketnya berbungkus kertas coklat, tebalnya seperti kamus bahasa Inggris," kata Nurcahya.
Bersama paket tersebut disertakan selembar kertas yang memberitahukan bahwa paket tersebut ditujukan kepada Ulil Abshar Abdalla. tulisan lainnya yang tertera adalah : perihal : memberikan kata pengantar dan interview dari pengirim Drs Sulaiman Azhar Lc dengan alamat jalan Bahagia Gang Panser 29 Ciomas Bogor, pekerjaan menulis.
Judul buku tersebut "Mereka Harus Dibunuh Karena Dosa-dosa Mereka Terhadap Islam dan Kum Muslim." terdapat juga tulisan "Deretan nama dan dosa-dosa tokoh Indonesia yang patut dibunuh. Buku tersebut tebalnya 412 halaman.
Bungkusan tersebut meledak dan melukai dua polisi dan seorang Satpam.
(Yud/A038)
Pewarta: Yudha Pratama Jaya
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011