Massa dengan mayoritas anak muda memegang poster bertuliskan antara lain "Katakan tidak pada paspor COVID-19", "Lindungi anak-anak kami", dan "Katakan tidak pada genosida COVID-19".
"Unjuk rasa yang kami saksikan hari ini, dengan seruan untuk tidak disuntik vaksin, menurut saya, melecehkan keluarga dan dokter kami yang sayangnya telah kehilangan kerabat mereka karena virus Corona," kata Menteri Kesehatan Ukraina, Viktor Lyashko, saat konferensi pers.
Menurut Lyashko, sertifikat palsu takkan berguna dan semangat anti-vaksin para pengunjuk rasa akan berubah saat berada di ICU.
Ukraina berada di belakang sejumlah negara lain Eropa dalam perolehan vaksin COVID-19 tahun ini dan tengah berjuang untuk membujuk masyarakat skeptis agar mengikuti vaksinasi.
Negara itu mencatat rekor tinggi pada kasus dan kematian baru COVID-19 pada beberapa pekan terakhir, dengan masing-masing berjumlah hampir 3 juta kasus serta 69.447 orang meninggal.
Sejumlah upaya telah dilakukan seperti mengharuskan pegawai pemerintah untuk vaksinasi COVID-19. Sementara itu di beberapa daerah zona "merah", termasuk Kiev, hanya penerima vaksin dan orang dengan hasil tes negatif yang diizinkan mengakses restoran, pusat kebugaran dan transportasi umum.
Sebelumnya pada Selasa, Parlemen juga telah menetapkan pembuatan dan penggunaan sertifikat palsu vaksinasi sebagai tindakan kriminal, serta menetapkan vonis penjara hingga tiga tahun atau denda sekitar 6.460 dolar AS (sekitar Rp92,4 juta).
Sumber: Reuters
Penerjemah: Asri Mayang Sari
Editor: Bayu Prasetyo
Copyright © ANTARA 2021