Washington (ANTARA News) - Sebuah pengadilan AS hari Senin memvonis lima perompak Somalia hukuman penjara seumur hidup plus 80 tahun karena serangan tahun lalu terhadap sebuah kapal angkatan laut AS yang ditempatkan di perairan lepas pantai Afrika timur untuk memerangi perompakan.
Setelah persidangan empat jam, kelima orang itu "dijatuhi hukuman penjara seumur hidup plus 80 tahun", kata Peter Carr, seorang juru bicara kantor kejaksaan AS di Virginia, kepada AFP.
Orang-orang Somalia itu dituntut oleh sebuah pengadilan di Virginia atas tuduhan perompakan, penyerangan untuk menjarah sebuah kapal maritim dan penyerangan dengan senjata berbahaya pada April di kapal USS Nichols.
Pelaku perompakan bisa dikenai hukuman penjara seumur hidup di AS, sementara kasus senjata api terancam hukuman 30 tahun hingga seumur hidup.
Pengacara pembela mempermasalahkan dakwaan perompakan terhadap mereka, dan bersikeras bahwa orang-orang itu adalah nelayan yang dipaksa mengambil bagian dalam serangan terhadap kapal USS Nichols.
Pengajuan banding mereka ditolak oleh seorang hakim federal AS pekan lalu.
Hukuman itu dijatuhkan beberapa hari setelah 13 orang lain Somalia dan seorang Yaman dituntut oleh sebuah pengadilan AS karena peranan mereka dalam serangan perompakan terhadap sebuah kapal pesiar yang membawa empat warga AS ketika kapal itu berlayar di lepas pantai Somalia bulan lalu.
Sedikitnya tiga dari para tersangka dalam kasus itu dituduh membunuh pasangan pensiunan AS dan dua rekan mereka di kapal S/V Quest.
Mereka adalah orang-orang pertama AS yang tewas dalam serangan pembajakan di laut bergelombang tinggi dalam beberapa tahun terakhir.
Perompakan meraja-lela di lepas pantai Somalia, yang mengacaukan jalur pelayaran antara Eropa dan Asia, membuat awak dan kapal terancam bahaya serta mendorong beaya asuransi bagi perusahaan perkapalan.
PBB memperingatkan, perompak Somalia menjadi semakin berani dan tetap mendahului pasukan angkatan laut internasional yang berusaha mengakhiri pembajakan di kawasan perairan itu.
Pada 2009, perompak Somalia menyerang lebih dari 130 kapal dagang di lepas pantai Somalia, naik lebih dari 200 persen dari tahun 2007, menurut Pusat Pelaporan Perompakan Biro Maritim Internasional di Kuala Lumpur.
Perompak yang beroperasi di lepas pantai Somalia meningkatkan serangan pembajakan terhadap kapal-kapal di Lautan India dan Teluk Aden meski angkatan laut asing digelar di lepas pantai negara Tanduk Afrika itu sejak 2008.
Kapal-kapal perang asing berhasil menggagalkan sejumlah pembajakan dan menangkap puluhan perompak, namun serangan masih terus berlangsung.
Perairan di lepas pantai Somalia merupakan tempat paling rawan pembajakan di dunia, dan Biro Maritim Internasional melaporkan 24 serangan di kawasan itu antara April dan Juni tahun 2008 saja.
Angka tidak resmi menunjukkan 2009 sebagai tahun paling banyak perompakan di Somalia, dengan lebih dari 200 serangan -- termasuk 68 pembajakan yang berhasil -- dan uang tebusan diyakini melampaui 50 juta dolar.
Kelompok-kelompok bajak laut Somalia, yang beroperasi di jalur pelayaran strategis yang menghubungkan Asia dan Eropa, memperoleh uang tebusan jutaan dolar dari pembajakan kapal-kapal di Lautan India dan Teluk Aden.
Patroli angkatan laut multinasional di jalur pelayaran strategis yang menghubungkan Eropa dengan Asia melalui Teluk Aden yang ramai tampaknya hanya membuat geng-geng perompak memperluas operasi serangan mereka semakin jauh ke Lautan India.
Dewan Keamanan PBB telah menyetujui operasi penyerbuan di wilayah perairan Somalia untuk memerangi perompakan, namun kapal-kapal perang yang berpatroli di daerah itu tidak berbuat banyak, menurut Menteri Perikanan Puntland Ahmed Saed Ali Nur.
Pemerintah transisi lemah Somalia, yang saat ini menghadapi pemberontakan berdarah, tidak mampu menghentikan aksi perompak yang membajak kapal-kapal dan menuntut uang tebusan bagi pembebasan kapal-kapal itu dan awak mereka.
Perompak, yang bersenjatakan granat roket dan senapan otomatis, menggunakan kapal-kapal cepat untuk memburu sasaran mereka.
Somalia dilanda pergolakan kekuasaan dan anarkisme sejak panglima-panglima perang menggulingkan diktator militer Mohamed Siad Barre pada 1991. Selain perompakan, penculikan dan kekerasan mematikan juga melanda negara tersebut. (M014/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011