Jakarta (ANTARA) - Kepala Bagian Pemberitaan dan Hubungan Antar-Lembaga Setjen MPR RI Budi Muliawan mengajak mahasiswa menjadi sahabat kebangsaan untuk menangkal berita bohong atau hoaks agar tidak semakin masif.
"Sisi negatif dari kemajuan teknologi yang disebarkan melalui media sosial adalah adanya orang-orang tidak bertanggung jawab yang menyebarkan hoaks atau berita bohong. Agar hoaks tidak masif, MPR mengajak mahasiswa Universitas Mahendradatta untuk menjadi sahabat kebangsaan guna menangkal berita bohong," kata Budi Muliawan dalam keterangannya di Jakarta, Rabu.
Hal itu dikatakannya saat menjadi pembicara dalam diskusi bertajuk "Peran Pemuda Dalam Pembangunan" di Auditorium, Gedung Conefo, Universitas Mahendradatta, Kota Denpasar, Bali. Diskusi tersebut merupakan rangkaian acara "Sarasehan Kehumasan MPR Tahun 2021, Menyapa Sahabat Kebangsaan".
Baca juga: Bamsoet: Amendemen itu tergantung pada kekuatan politik di MPR
Dia mengatakan kalau mahasiswa diam terhadap hoaks, maka berita bohong tersebut seolah-olah menjadi benar. Menurut dia, dengan mengajak mahasiswa menjadi sahabat kebangsaan, maka ruang-ruang yang ada di media sosial akan diisi dengan sesuatu yang optimistis dan benar.
"Tantangan yang dihadapi bangsa tidak hanya soal tidak meratanya pendidikan dan kesejahteraan, namun juga sisi negatif dari kemajuan teknologi informasi," ujarnya.
Ia mengatakan dulu penyebaran informasi melalui media yang sifatnya cetakan seperti koran dan majalah, namun saat ini penyebaran informasi lewat media digital atau elektronik sehingga penyebarannya menjadi lebih cepat.
Selain itu, dia menceritakan 93 tahun yang lalu, para pemuda yang memiliki berbagai latar belakang suku dan agama berkumpul di Jakarta untuk menggelar Kongres II Pemuda Tahun 1928. Apa yang dihasilkan dari kongres itu melahirkan gagasan yang monumental dan besar.
Baca juga: Ketua MPR dukung penguatan kelembagaan LPSK
"Sumpah Pemuda yang dideklarasikan menjadi benih lahirnya bangsa Indonesia. Sebagai peristiwa yang monumental, maka hari dideklarasikannya sumpah itu setiap tahun kita peringati," katanya.
Dia mengatakan pada Kongres Pemuda II, peserta tidak hanya melakukan sumpah setia namun pada saat itu dikumandangkan lagu gubahan WR Supratman yang berjudul Indonesia Raya.
Menurut dia, dari semua yang dilakukan para pemuda sejak 1908 menunjukkan bahwa kaum muda merupakan agen perubahan sehingga Indonesia merdeka karena hasil perjuangan bukan pemberian.
Baca juga: MPR serap aspirasi netizen melalui Netizen Academy
"Meski kita sudah merdeka namun tantangan masa lalu dan masa sekarang ada persamaannya. Tantangan sejak dulu hingga sampai saat ini adalah kesejahteraan dan pendidikan yang belum merata, ini tugas bersama untuk mengatasinya," ujarnya.
Tantangan yang dihadapi bangsa, menurut Budi, tidak hanya soal tidak meratanya pendidikan dan kesejahteraan namun juga sisi negatif dari kemajuan teknologi informasi.
Acara tersebut dihadiri anggota MPR dari Kelompok DPD, Dr SHRI I Gusti Arya Wedakarna, Kepala Biro Humas dan Sistem Informasi Setjen MPR Siti Fauziah, Rektor Universitas Mahendradatta Putri Anggeri, dan para civitas akademika Universitas Mahendradatta.
Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: Herry Soebanto
Copyright © ANTARA 2021