Palembang (ANTARA News) - Indonesia lima tahun ke depan tidak hanya surplus beras mencapai 4-5 juta ton, tetapi minimal bisa mencapai surplus 10 juta ton, karena konsumsi pangan itu cukup besar, kata Menteri Pertanian Republik Indonesia.

Mentan RI, Suswono, menyampaikan optimisme pencapaian surplus beras nasional itu, ketika melakukan panen perdana padi SRI (System of Rice Intensification) organik di Kabupaten Muaraenim, Sumsel, kemarin.

Menurut dia, untuk menjamin ketersediaan pangan dalam negeri, Presiden sudah menginstruksikan lima tahun ke depan surplus beras tidak hanya 4-5 juta ton.

"Jadi, lima sampai 10 tahun ke depan minimal surplus beras 10 juta ton, karena konsumsi makanan pokok itu cukup besar," ujar Suswono.

Mentan menyatakan, setiap bulan penduduk Indonesia mengkonsumsi beras sekitar 2,7 juta ton.

Konsumsi beras itu besar, karena orang Indonesia kalau belum makan nasi berarti belum makan walaupun sudah makan singkong satu piring, kata dia pula.

Karena itu, ia juga berharap, para ibu untuk mendidik anak-anaknya kalau makan tiga kali sehari, satu kalinya makan singkong, duanya makan nasi.

Kemudian bisa juga sekali-kali makan jagung, karena makan itu tidak mesti makan nasi, ujar dia.

Suswono menuturkan, di Thailand mereka bisa ekspor beras, padahal produksi beras negara itu jauh di bawah Indonesia, yakni hanya 20 juta ton, tetapi kebutuhan masyarakatnya hanya 10 juta ton.

"Sedangkan 10 juta ton lagi mereka surplus, jadi lima juta ton untuk cadangan pangan mereka, dan lima juta ton lagi diekspor," kata Mentan pula.

Indonesia sendiri produksi beras mencapai 37,5 juta ton atau dua kali lipat dari Thailand, tetapi kebutuhan masyarakat Indonesia per tahun 33,5 juta ton, berarti hanya surplus empat juta ton.

Dengan surplus hanya empat juta ton itu, belum bisa ekspor dan tidak menutup kemungkinan kalau ada beras khusus beras organik dapat diekspor, kata Mentan lagi.

Ia juga mengakui, harga beras organik memang lebih mahal dari beras yang menggunakan pupuk kimia, karena itu kalau bisa terus ditingkatkan.

"Harga beras organik bisa dua sampai tiga kali lipat dari beras biasa, karenanya kesempatan itu harus dapat dimanfaatkan," ujar dia.

Mentan menyatakan, Kementerian Pertanian sangat konsen dengan SRI organik dan sudah dilakukan sejak tahun 2005, tetapi secara bertahap.

Namun dia menegaskan, dengan sistem organik itu harus ada ekstra kerja, karena mesti rajin menyiangi mengingat airnya sedikit dan rumput cepat tumbuh.

President Director PT Medco E&P Indonesia, Budi Basuki ,mengatakan, dengan SRI organik ini tidak hanya baik dari segi lingkungan, tetapi konsep SRI ini juga untuk memberdayakan petani.

Semuanya dilakukan petani, seperti untuk membuat pupuknya petani, jadi petani itu akan lebih mandiri, karena pupuk buatan sendiri, ujar dia.

"Kalau SRI organik menjadi salah satu pilihan pengembangan pangan, juga karena lebih tahan terhadap penyakit dan tidak perlu menggunakan pestisida," kata dia lagi.

Pada lahan gambut panennya bisa dua kali dalam setahun, demikian Budi.

Polda budidaya SRI organik itu, didukung PT Medco E&P Indonesia, diujicobakan pada lahan pertanian masyarakat di sejumlah daerah termasuk di Kabupaten Muaraenim, Sumsel.

(L.U005*B014/ss)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011