Jakarta (ANTARA) - Anggota DPRD DKI Jakarta dari Fraksi PDI Perjuangan Gilbert Simanjuntak meminta Gubernur Anies Baswedan menjelaskan secara detail mengenai pekerjaan antisipasi banjir yang sudah dilakukan dan klaim banjir dapat surut dalam waktu sehari.
"Kalau jelas prosedurnya dan petugas, peralatan dan lain-lainnya, maka lebih masuk akal dan bisa dievaluasi. Kalau semua bentuknya kualitatif maka sulit diukur. Misalnya jumlah mahasiswa naik adalah kualitatif. Tapi kuantitatifnya ternyata naiknya dari 300 jadi 301, akan jadi lelucon," kata Gilbert dalam pesan singkatnya di Jakarta, Selasa.
Baca juga: DKI gandeng pemerintah pusat dan daerah tetangga untuk atasi banjir
Menurut legislator yang juga epidemiolog ini, dengan pernyataannya yang demikian, Anies terkesan memberikan aksi di atas kertas, atau hanya narasi tanpa aksi.
"Saya kesulitan memahami jalan pikirannya. Apa hubungannya skenario, simulasi dan latihan dengan banjir yang terjadi, kalau tidak diberitahu apa yang sudah dan akan dikerjakan. Semuanya hanya narasi tanpa aksi," ucapnya.
Lebih lanjut, anggota Komisi B DPRD DKI tersebut, menyebutkan bahwa Anies yang mendorong untuk percepatan penanganan banjir dengan target enam jam surut lewat target indikator kunci kinerja (key performance indicator/KPI) pada bawahannya, kurang tepat.
Pasalnya, menurut dia, jika berbicara dengan sistem KPI berbeda hal dengan program kerja terkait penanganan banjir, karena KPI hanya sekedar indeks atau capaian target.
"KPI adalah sebuah indeks atau target, yang tertulis di atas kertas. Di lapangan apa yang mau dikerjakan? Harusnya jelas kalau banjir X meter, maka A yang dikerjakan, Y meter maka B yang dikerjakan, dan seterusnya," ujarnya.
Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyebutkan adanya target indikator kinerja (KPI) yang diberikan kepada bawahannya mendorong percepatan penanganan genangan banjir.
"Di awal tahun ini terasa daerah-daerah yang biasanya kalau banjir tergenang tiga empat hari, sekarang kurang dari satu hari sudah kering. Kenapa? karena sekarang petugas lurah, camat, BPBD, itu semua punya target," kata Anies dalam Rakornas virtual Antisipasi La Nina di Jakarta, Jumat (29/10).
Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu menargetkan genangan air surut dalam waktu enam jam setelah hujan berhenti.
Baca juga: Jakarta tidak banjir jika volume air hujan di bawah 100 mm
Menurut dia, kapasitas drainase jalan utama atau jalan raya di DKI Jakarta mencapai 100 milimeter per hari dan di luar jalan utama dan jalan raya mencapai 50 milimeter per hari.
Apabila curah hujan per hari di DKI Jakarta mencapai 100 milimeter, Anies menargetkan kawasan Ibu Kota tidak boleh banjir.
Anies Baswedan juga menyebut pihaknya menyiapkan skenario antisipasi menghadapi ancaman banjir menyusul musim hujan yang sudah datang, dengan tiga langkah.
"Pertama menyusun skenario siapa mengerjakan apa, sehingga ketika ada kejadian. Kita bisa mendistribusikan pekerjaan dengan baik. Kedua, memastikan tugas dijalankan. Kemudian, menyiapkan pompa mobile," kata Anies dalam keterangan diterima, Minggu (31/10).
Dia menambahkan, pada tahun lalu Pemprov DKI Jakarta sudah menggunakan simulasi terhadap ancaman banjir. Simulasi itu diklaim Anies berhasil menyiasati genangan dan banjir pada Februari kemarin.
"Ketika terjadi hujan melampau kapasitas daya tampung, otomatis (ada) genangan dan banjir, maka target untuk bisa mengeringkan itu bisa tercapai. Kenapa? Karena semua sumber daya dikerahkan," ujar dia menambahkan.
Baca juga: Banjir di Cipinang Melayu dinilai akibat intensitas hujan tinggi
Pewarta: Ricky Prayoga
Editor: Taufik Ridwan
Copyright © ANTARA 2021