Uqaylah, Libya (ANTARA News/Reuters) - Tentara Libya memaksa kelompok perlawanan untuk mundur pada malam hari dari pinggir kota minyak Ras Lanuf, memaksa pasukan garis depan ke arah timur, kata anggota kelompok perlawanan pada Sabtu.

Pasukan garis depan saat ini bertahan di antara kota yang dikuasai kelompok perlawanan di Uqaylah dan Ras Lanuf, tempat tangki-tangki penyimpanan minyak diserang dalam pertempuran Jumat. Kelompok perlawanan menyalahkan serangan udara namun pemerintah membantah menembaki kilang minyak itu.

"Kami keluar dari Ras Lanuf, mereka memaksa kami mundur dengan berondongan tembakan," kata Kolonel Bashir Abudl Qadr dari kelompok perlawanan. "Kami mundur sejauh 20 kilometer dari posisi kemarin malam karena kami juga khawatir kilang minyak itu akan meledak."

Terjadi dua serangan udara dan tiga ledakan bom dekat tempat pemeriksaan sekitar kota Uqaylah, 40 KM dari Ras Lanuf, membuat mereka mundur dari jalanan ke gurun.

Abdul Qadr mengatakan bahwa menurut para ahli, kilang minyak akan meledak lima hari ke depan karena kerusakan berkelanjutan akibat serangan terus-menerus untuk merebut kembali kota dengan gempuran dari darat, laut dan udara.

Kelompok perlawanan yang sebagian besar memiliki senjata antipesawat terbang dan antitank, roket peluncur granat dan senjata ringan berupaya mempertahankan Ras Lanuf, 590 Km sebelah timur Tripoli namun kewalahan karena ditembaki pasukan Gaddafi.

Beberapa mobil jip 4x4 berisi senjata berat mundur kembali ke Ras Lanuf dari garis depan di kawasan tandus yang dipenuhi oleh pangkalan-pangkalan minyak yang membagi negara itu menjadi kawasan barat dengan ibu kota Tripoli dan kota tempat kelompok perlawanan di timur, Benghazi.

Dia berupaya untuk mendorong moral kelompok berisi sekitar 40 tentara itu dengan mengatakan "Tiap orang yang ingin bertempur dan menjadi martir boleh datang dan berjuang! Dan dibalas oleh pasukannya: "Allahu Akbar!"

Banyak dari kelompok perlawanan telah tersebar ke kawasan gurun dari jalan sepanjang pantai Mediterania yang strategis.

Di tempat pemeriksaan Uqaylah, seorang sukarelawan kelompok perlawanan mengatakan "Kami tidak dapat menjamin keselamatan kami di masa datang." (*)

(Uu.KR-DLN/M016)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011