Arusnya memang bergerak lain"

Wellington (ANTARA News) - Gelombang tsunami dahsyat menyusul gempa bumi hebat di Jepang, merembet ke kawasan Pasifik Selatan, namun tidak kerusakan serius, lapor AFP, Sabtu.

Lusinan negara kepulauan bertinggi permukaan rendah menyiarkan peringatan dini setelah gelombang tsunami setinggi 10 meter menyapu Jepang menyusul gempa bumi dahsyat berkekuatan 8,9 Skala Richter yang berpusat di sebelah timur laut kota Sendai.

Korban meninggal akibat gempa dan tsunami ini diperkirakan lebih dari 1.000 orang, namun gelombang tsunami ini mengecil saat sampai di Pasifik Selatan dan dilaporkan tidak ada korban jiwa akibat gelombang besar ini.

Di Kepulauan Marquesas sirene tanda peringatan dini telah dibunyikan sehingga penduduk ramai-ramai mencapai tempat lebih tinggi.

Kendati diperkirakan tinggi gelombang mencapai 3 meter, namun yang terlihat penduduk hanya 1 meter, dan ini pun tetap menyapu rumah-rumah penduduk.

Di Selandia Baru, para perwira keamanan sipil mengingatkan gelombang akan setinggi lebih dari 1 meter sehingga penduduk sekitar pantai harus menjauhi kawasan pantai.

"Tapi gelombang pertama tidak terlalu kuat dan sulit dilihat oleh mata telanjang," kata manajer operasi pertahanan sipil David Coetzee, di tengah ratusan orang yang berdesakkan ingin melihat gelombang yang diperkirakan besar itu.

"Tampaknya sangat bagus di luar sana, dan kami bukan orang pertama yang keluar," kata Graeme Barnard kepada koran Waikato Times, saat berkemas-kemas menyelesaikan kegiatan memancingnya di Hamilton di pantai barat wilayah North Island.

Di Tonga, di mana kenangan tsunami membunuh sembilan orang 18 bulan lalu masih segar dari ingatan penduduknya, banyak orang berebut mencapai wilayah lebih tinggi demi mencari aman, sedangkan yang lainnya malah menguji kekuatan gelombang dengan menyelam di laut.

"Arusnya memang bergerak lain dan Anda bisa merasakan itu di dalam air," kata Matangi Tonga, editor Pesi Fonua yang malah menyelam air laut dekat ibukota negara itu, Nuku'alofa.

"Kami telah mengumumkan bahwa air di sepanjang karang lebih tinggi namun tingkat di tepi pantai dari Hotel Dateline lebih rendah dibanding biasanya."

Papua New Guinea berpengalaman menghadapi gelombang dramatis dan tidak biasa nnamun tidak ada gelombang yang destruktif atau membahayakan, kata seorang pejabat di sana.

Perkiraan tsunami akan menerjang kawasan pantai utara yang memang pernah mengalami gempa dan tsunami hebat pada 1998 yang menewaskan lebih dari 2.000 orang.

Namun Bill Yomba, yang mengepalai Pusat Bencana Nasional Papua New Guinea, mengatakan bahwa penduduk di wilayah itu memang melihat air pantai lebih bergelombang namun tidak ada gelombang raksasa.

"Provinsi-provinsi ini pernah mengalami gelombang yang tidak biasa," katanya kepada AFP. "Mereka pernah melihat gelombang yang tak pernah mereka lihat sebelumnya... kini yang terlihat ombak rendah, namun bermenit-menit kemudian menjadi tinggi, utulah yang pernah mereka alami."

Sementara para pejabat Australia menyatakan bahwa perkirakan gelombang datang ke Australia sama dengan yang dialami penduduk, yaitu hanya enam sampai 20 cm.

Penduduk Northern Marianas dan Guam telah diperintahkan untuk mengungsi dari wilayah dataran rendah ke daerah dengan permukaan tanah lebih tinggi sebelum peringatan itu dicabut tanpa menimbulkan kerusakan.

Di Samoa, Fiji dan beberapa negara mini lainnya, peringatan tsunami ditingkatan dan diturunkan tanpa ada tanda-tanda berubahnya gelombang laut, sedangan di American Samoa gelombang setinggi 50 cm tercata di Pago Pago.

Terakhir, laporan dari Tahiti menyebutkan bahwa gelombang laut menyapu taman-taman di bibir pantai. (*)

AR09

Penerjemah: Jafar M Sidik
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2011