Jakarta, 10/3 (ANTARA) - Peringkat daya saing pariwisata Indonesia naik dari urutan ke 81 menjadi 74. Sementara itu karena banyak mendapat kritik, World Economic Forum (WEF) berjanji akan melakukan revisi terhadap sistem dan indikator yang selama ini digunakan untuk menilai daya saing pariwisata.

Hal ini mengemuka dalam acara peluncuran laporan Travel and Tourism Competitiveness Index, demikian laporan langsung Igde Pitana, Kepala Badan Pengembangan Sumberdaya Kemenbudpar, di sela-sela acara Global Tourism Forum (GTF) yang berlangsung di Kota Andorra, sekitar 200 km utara Barcelona, Spayol, Senin (7/3).

Dalam acara peluncuran Laporan T&T Competitiveness Index tersebut, dilakukan diskusi dengan melibatkan ratusan pakar dan praktisi dari berbagai negara yang mengikuti GTF, termasuk dari Indonesia. Dalam diskusi muncul beberapa tanggapan dari para peserta.

Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya, Kemenbudpar, Igde Pitana, yang memimpin delegasi Indonesia menyampaikan bahwa secara metodologis penentuan daya saing pariwisata tersebut sangat lemah. Pitana berpendapat bahwa hal yang sangat mendasar adalah ketidakjelasan tentang apa sebenarnya yang diukur, yaitu apakah mengukur daya saing untuk pertumbuhan pariwisata (growth), daya saing untuk menarik wisatawan (attractiveness), kinerja pariwisata nyata (real performance), ataukah untuk investasi di bidang pariwisata.

Di samping itu, banyak indikator yang dijadikan alat ukur tidak berhubungan secara langsung dengan pariwisata, atau tidak merupakan pertimbangan dari wisatawan untuk mengunjungi suatu destinasi. Dipertanyakan pula kesahihan komparasi yang dilakukan, yaitu membandingkan negara kecil dengan negara besar. Misalnya, Pitana mempertanyakan apakah cukup bisa dipertanggungjawabkan kalau Andorra yang berpenduduk hanya 84 ribu, atau Maladewa yang penduduknya 600 ribu, dibandingkan dengan India atau China yang berpenduduk di atas satu milyar? Bisakah Monaco yang kecil dibandingkan dengan Indonesia yang besar?

Pitana juga menjelaskan kepada forum bahwa Menbudpar RI, Jero Wacik, sudah mengirim surat kepada UN-WTO mengenai hal ini. Melalui suratnya tertanggal 18 Januari 2011, Menbudpar Jero Wacik telah meminta kepada UNWTO, sebagai Badan PBB yang menangani pariwisata, agar mengembangkan sistem dan indikator yang lebih sesuai untuk menilai daya saing pariwisata. Adalah sangat tepat, bila indikator daya saing pariwisata dikeluarkan oleh UN-WTO, karena sebagai Badan Pariwisata Dunia, tentulah UNWTO lebih memahami berbagai permasalahan dalam pariwisata, dibandingkan WEF. Surat Menbudpar tersebut sudah mendapat respon positif dari Sekjen UNWTO, Taleb Rivai, melalui suratnya tertanggal 7 Februari 2011.

Apa yang disampaikan oleh Pitana, mendapat tanggapan langsung dari Direktur Eksekutif UNWTO, Marcio de Paula, yang mengatakan bahwa memang ada banyak permasalahan dalam penentuan peringkat daya saing pariwisata yang dilakukan oleh WEF. Di antaranya, indikator yang digunakan lebih bersifat bias ke negara modern (Barat atau negara ekonomi maju). Hal ini bisa dilihat dari hasilnya, bahwa untuk top-5, semuanya adalah Negara Barat, yaitu berturut-turut Switzerland, Jerman, Perancis, Austria, dan Swedia.

Demikian juga tidak jelas, apakah yag dibandingkan itu negara atau destinasi. Namun sebagai usaha awal, apa yang telah dilakukan oleh WEF sejak 2006 layak mendapatkan apresiasi.

Hal senada juga disampaikan oleh Sekjen UNWTO, Taleb Rivai. Dikatakan bahwa perlu dilakukan perbaikan-perbaikan terhadap apa yang telah dikembangkan oleh WEF. Untuk itu perlu dilakukan usaha bersama, dengan melibatkan pemangku kepentingan yang lebih beragam, bukan saja dari segi ekonomi.

Menanggapi apa yang disampaikan oleh Pitana, Ketua Tim WEF, Jennifer Blanke mengakui adanya banyak kelemahan dalam sistem dan indikator yang digunakannya. Lebih lanjut Jennifer mengatakan bahwa timnya akan melakukan modifikasi-modifikasi atau perubahan-perubahan, sehingga lebih mampu mencerminkan daya saing pariwisata.

Pada kesempatan tersebut, Jennifer juga menjelaskan bahwa daya saing yang diukur tersebut lebih menekankan pada daya saing bagi investor untuk melakukan investasi di suatu negara. Bukan mengukur kinerja pariwisata secara real, bukan pula mengukur tingkat ketertarikan wisatawan atau calon wisatawan terhadap suatu destinasi.


Peringkat Indonesia Naik

Laporan WEF menyebutkan peringkat daya saing pariwisata Indonesia tahun 2010 mengalami peningkatan yang signifikan, dari semula di peringkat ke 81 menjadi ke 74 dari 139 negara. Sedangkan untuk peringkat Human Development Index(HDI), peringkat HDI pariwisata Indonesia ini jauh lebih bagus berada di urutan 95 dari 139 negara.

Untuk keterangan lebih lanjut silakan menghubungi Ka. Pusformas Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.

Pewarta: Masnang
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2011