Gencatan senjata itu diharapkan untuk dapat segera mengakhiri konflik bersenjata yang berkepanjangan.

Timika (ANTARA) - Para imam (pastor) projo Gereja Katolik Keuskupan Timika, Papua menyerukan segera dilakukan gencatan senjata antara aparat TNI-Polri dengan pihak Tentara Pembebasan Nasional-Organisasi Papua Merdeka/TPN-OPM.

Gencatan senjata itu diharapkan untuk dapat segera mengakhiri konflik bersenjata yang berkepanjangan di Kabupaten Intan Jaya, Papua.

Seruan bersama itu disampaikan oleh 36 imam projo Keuskupan Timika yang dibacakan oleh Pastor Agustinus S Elmas,di Rumah Transit Bobaigo Keuskupan Timika, Minggu.

"Mengingat konflik bersenjata di Kabupaten Intan Jaya (wilayah Keuskupan Timika) dan beberapa tempat lain di Papua yang menyebabkan begitu banyak korban, termasuk anak kecil dan juga berakibat pada pengungsian masyarakat sipil dalam skala besar, maka para Pastor Projo Keuskupan Timika - demi kewajiban kami untuk praktikkan hak asasi manusia - berseru kepada kedua belah pihak yang sedang berperang (TNI-Polri dengan TPN-OPM) agar segera mengadakan gencatan senjata dan memulai dialog untuk mendatangkan damai sejahtera yang lestari," demikian isi seruan para imam projo Keuskupan Timika.

Ketua Unio yaitu organisasi para imam/konfrater Diosesan Keuskupan Timika Pastor Dominikus Dulione Hodo Pr menyebutkan seruan bersama para imam Keuskupan Timika itu tercetus lantaran adanya masalah urgen yang sementara sedang terjadi di Sugapa, ibu kota Kabupaten Intan Jaya dan sekitarnya.

Pastor Dominus bercerita bahwa pada 11 Oktober lalu, rombongan Uskup Bandung Mgr Antonius Subianto Bunjamin OSC, Administratur Keuskupan Timika Pastor Marthin Kuayo Pr dan sejumlah imam tiba di Bilogai, Sugapa, Kabupaten Intan Jaya untuk menghadiri penahbisan tiga imam baru.

"Acara tahbisan imam baru berlangsung tanggal 12 Oktober dalam suasana yang sangat meriah dan khusyuk, dihadiri oleh begitu banyak orang baik masyarakat biasa maupun aparat keamanan. Semua terlibat langsung dalam pesta iman itu," ujarnya.

Namun, dia menyayangkan, setelah kegiatan tersebut situasi di Sugapa, Kabupaten Intan Jaya kembali bergejolak.

"Rasa tenteram dan damai yang kami rasakan saat itu sekejap hilang lenyap lantaran beberapa waktu terakhir terjadi baku tembak antara TNI-Polri dengan TPN-OPM, dan itu terjadi di tengah kota," ujar Pastor Dominikus.

Buntut dari kejadian itu, beberapa bangunan terbakar dan dua orang anak kecil terkena luka tembak, satu di antaranya meninggal dunia.

"Korban meninggal dunia atas nama Adrianus Sondegau, berusia dua tahun. Terkena tembakan di bagian perut. Sementara korban yang masih dirawat atas nama Joachim Majau, usia enam tahun, juga terkena tembakan di bagian tubuhnya," ujar Pastor Dominikus.

Adapun dua pastor yang bertugas di Bilogai, Intan Jaya yaitu Pastor Yance Yanuarius Yogi dan Pastor Frans Sondegau yang baru ditahbiskan pada 12 Oktober lalu, ikut secara langsung membantu menolong warga yang rumahnya terbakar di dekat Bandara Sugapa beberapa hari lalu.

Sekretariat Keadilan dan Perdamaian (SKP) Keuskupan Timika melaporkan saat ini ada ribuan pengungsi yang masih bertahan di gereja dan pastoran Bilogai, Sugapa.

Warga masyarakat dari berbagai tempat itu datang berlindung ke lokasi gereja, karena merasa takut dan khawatir akan keselamatan diri mereka saat terjadi kontak tembak antara aparat TNI-Polri dengan pihak TPN-OPM.

"Informasi yang kami terima dua hari lalu jumlah pengungsi di Kompleks Pastoran Bilogai sebanyak 1.900 jiwa. Kemarin ada banyak pengungsi pindahan dari tiga gereja stasi ke gereja pusat paroki di Bilogai, sehingga jumlah pengungsi pasti semakin banyak. Kami menerima laporan dari Pastor Yeskiel Tawakidua Dole Belau bahwa para pengungsi sekarang menempati gedung gereja, rumah pastoran, asrama dan sebagian membuat tenda dekat sekolah dan lapangan sepak bola di Bilogai," kata Staf SKP Keuskupan Timika Saul Wanimbo.
Baca juga: Warga Intan Jaya mengungsi di gereja dibantu Freeport 5,3 ton sembako
Baca juga: Anggota DPR: TNI-Polri harus hentikan konflik di Intan Jaya

Pewarta: Evarianus Supar
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2021