Singapura (ANTARA News/AFP) - Maskapai penerbangan milik pemerintah Singapura, Singapore Airlines (SIA), Rabu mengatakan, pihaknya menaikkan `fuel surcharges` (biaya tambahan bahan bakar)untuk kedua kalinya tahun ini karena meroketnya biaya untuk bahan bakar jet.

Biaya tambahan bahan bakar meningkat "antara 2 dolar AS hingga 26 dolar AS" tergantung pada jarak dan kelas perjalanan, akan dipungut mulai Kamis mendatang pada penerbangan SIA serta sayap regional SilkAir, perusahaan penerbangan itu mengatakan dalam sebuah pernyataan pers.

"Singapore Airlines akan meningkatkan biaya tambahan bahan bakar untuk tiket yang dikeluarkan pada atau setelah 17 Maret 2011, sebagai akibat dari terus meningkatnya harga bahan bakar jet," kata pernyataan itu.

"Harga bahan bakar jet sekarang di atas 130 dolar AS per barel, yang tertinggi dalam dua tahun."

Kenaikan biaya tambahan terbaru SIA adalah yang kedua tahun ini setelah kenaikkan pada Januari karena harga minyak meningkat, dan ketiga sejak 2 Desember 2010 ketika bahan bakar jet melonjak di atas 95 dolar AS per barel.

Sebelumnya hingga Desember, peningkatan terakhir pada Juni 2008. Ada tiga pemotongan biaya tambahan bahan bakar -- pada September dan November 2008 dan pada Februari 2009.

"Penyesuaian hanya akan menawarkan bantuan sebagian dari biaya operasi yang lebih tinggi yang timbul dari kenaikan harga bahan bakar jet," kata maskapai ini.

"Singapore Airlines akan terus memonitor harga bahan bakar dan menjaga biaya tambahan selalu dikaji ulang."

Analis Standard & Poor`s Equity Research Aviation, Shukor Yusof mengatakan SIA memiliki sedikit pilihan selain menaikkan biaya tambahan bahan bakar untuk mengimbangi pengaruh peningkatan biaya bahan bakar jet.

"Kenaikan harga minyak terus menerus sekarang pada tahap di mana mereka mengancam kesehatan keuangan sebagian besar perusahaan penerbangan jika tidak semuanya. Jika anda melihat pada harga bahan bakar jet, itu telah melampaui tingkat yang kebanyakan maskapai penerbangan dapat menampung," kata dia kepada AFP.

"Jadi implikasinya cukup banyak dalam rangka tetap menguntungkan dan dalam upaya untuk solvent (mampu membayar utang), saya pikir maskapai penerbangan punya pilihan sangat sedikit selain mengenakan biaya tambahan bahan bakar."

Shukor menambahkan bahwa SIA akan terpukul keras terutama jika harga bahan bakar jet terus meningkat karena armadanya pesawat besar yang mengkonsumsi lebih banyak bahan bakar.

"Jika itu terus naik lebih tinggi dan lebih tinggi, itu kemudian akan sulit untuk penerbangan, khususnya SIA yang menjalankan armada pesawat berbadan lebar," katanya.

SIA mengoperasi armada per 31 Desember 2010 terdiri 109 pesawat penumpang, termasuk 11 superjumbo A380, laporan pendapatan kuartal ketiganya yang dirilis pada Januari menyatakan.

Maskapai ini dalam laporannya telah mengatakan bahwa naiknya biaya bahan bakar jet, bersama dengan Amerika Serikat, Uni Eropa dan denda antitrust Korea Selatan adalah faktor utama yang menyeret turun pendapatannya pada kuartal ketiga.

Harga bahan bakar Jet juga merupakan biaya perusahaan terbesar selama kuartal Oktober-Desember, katanya.

Laba bersih SIA dalam periode tersebut turun 29 persen menjadi 288,3 juta dolar Singapura (225,30 juta dolar AS), turun dari 403,7 juta dolar Singapura tahun sebelumnya.(*)

(Uu.A026/S006)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011