...hilang habitat ini memaksa fauna bermigrasi untuk kemudian membuat kontak dengan binatang atau manusia lain yang lalu berbagi kuman

Memicu konflik

Menurut Harvard, manakala Bumi memanas, hewan besar dan kecil, baik di darat maupun di laut, bergerak ke kutub Bumi guna menghindari panas. Akibatnya, binatang melakukan kontak dengan fauna lain yang sebelumnya tidak dilakukan. Kondisi ini kemudian menciptakan kemungkinan masuknya patogen ke inang baru.

Akar perubahan iklim ini banyak sekali, salah satunya deforestasi yang menjadi penyebab terbesar hilangnya habitat di seluruh dunia, sementara hilang habitat ini memaksa fauna bermigrasi untuk kemudian membuat kontak dengan binatang atau manusia lain yang lalu berbagi kuman.

Peternakan skala besar juga bisa menjadi sumber penularan infeksi dari hewan kepada manusia sehingga menaikkan risiko penyakit menular.

Iklim yang berubah membuat kondisi lebih menguntungkan bagi tersebarnya penyakit-penyakit menular, termasuk penyakit-penyakit yang dibawa nyamuk seperti malaria dan demam berdarah.

Tidak hanya itu, perubahan iklim juga memicu konflik, instabilitas politik dan ekonomi, bahkan menurut UNESCO bisa mengubah lanskap fisik dan geopolitik dunia yang mengancam stabilitas kawasan-kawasan tertentu yang sudah rentan konflik seperti Tanduk Afrika.

Tingkat perubahan iklim belakangan tahun ini belum pernah dialami manusia sebelumnya dan berdampak besar kepada kesediaan sumber daya yang diandalkan manusia dalam menjaga kelangsungan hidup, keamanan, dan kemakmuran, khususnya pangan dan air.

Dalam tataran paling praktis, perubahan iklim membuat siklus cuaca berubah dan kemudian merusak pola tanam dan panen sehingga pasokan produk pertanian terganggu dan kemudian membuat harga bergejolak. Di beberapa negara, gejolak harga produk pertanian bisa berimbas kepada sektor-sektor lainnya yang akhirnya mengganggu output ekonomi dan inflasi. Akhirnya ini semua masuk pelataran politik dan sistem pengambilan kebijakan politik

Situasi rumit seperti itu bisa membuat negara menjadi rapuh untuk kemudian memicu masalah-masalah keamanan.

Dalam kata lain, tekanan perubahan iklim terhadap sumber daya alam bisa menggerus kapasitas negara dalam mengatur dirinya, termasuk dalam memenuhi tuntutan penduduknya akan ketersediaan sumber daya dasar seperti makanan, air, energi dan lapangan kerja.

Jika tidak dikelola dengan baik dan komprehensif makam situasi seperti ini bisa meluber kepada masalah legitimasi pemerintahan yang akhirnya memicu konflik internal, bahkan kehancuran negara itu.

Terutama untuk kawasan-kawasan tertentu yang memang rawan konflik, perubahan iklim dapat menghadirkan tantangan serius terhadap stabilitas dan legitimasi negara atau rezim. Dan yang tadinya konflik lokal menyangkut akses ke sumber daya makanan dan air pun bisa meluas ke negara tetangga.

Baca juga: Paus Fransiskus: COP26 harus beri harapan bagi generasi mendatang
Baca juga: Presiden sebut RI tak ingin ikut retorika yang tak dapat dijalankan
Baca juga: Indonesia FoLU Net Sink 2030 bantu cegah kenaikan suhu Bumi


Selanjutnya: Perubahan iklim harus disikapi serius

Copyright © ANTARA 2021