Nilai tukar rupiah melanjutkan penguatan terhadap dolar AS di pasar spot antarbank Jakarta menguat lima poin ke posisi Rp8.780 dibanding sebelumnya Rp8.785.
Analis pasar uang Lana Soelistianingsih di Jakarta mengatakan, pergerakan rupiah terus mencatatkan penguatan terhadap dolar AS seiring ekspektasi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tetap akan terus tumbuh di tengah gejolak harga minyak dunia yang terus meroket.
"Bank sentral negara-negara Asia diperkirakan akan menaikkan suku bunga acuan, mengantisipasi kenaikan inflasi akibat harga minyak yang tinggi."
Ia menambahkan, harga minyak sudah meningkat lebih dari 20 persen (year to date). Dalam minggu ini diperkirakan bank sentral Korea dan Thailand akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 poin dasar (bps), juga akan diikuti oleh Malaysia.
"Negara-negara Asia mempunyai karakteristik inflasi yang sangat sensitif terhadap kenaikan harga pangan dan komoditas," katanya.
Selain menaikkan suku bunga, bank sentral juga membiarkan mata uangnya menguat untuk mengurangi pengaruh imported inflation, sebagaimana yang dilakukan Indonesia dan Singapura.
"Sisi positifnya, kenaikan suku bunga dan penguatan mata uang membuat regional Asia masih menarik sebagai tempat investasi global," katanya.
Pengamat pasar uang Farial Anwar menambahkan, dengan menguatnya mata uang dalam negeri ini akan memudahkan pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depannya.
Ia mengatakan, dengan menguatnya rupiah pada saat ini dipercaya akan dapat memberikan imbal hasil yang ganda pada investor, apalagi saat ini indeks harga saham gabungan (IHSG) sedang dalam posisi tren yang menguat.
"Investor akan mendapatkan keuntungan dari saham, setelah itu mereka dapat masuk ke dalam rupiah yang posisinya sudah rendah," katanya.
Ia mengatakan, "dibandingkan negara emerging market di kawasan Asia lainnya, Indonesia merupakan tempat investasi yang menjanjikan akan memberi return yang tinggi."
(T.KR-ZMF/S004)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011