Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mendorong semakin banyaknya inovasi yang muncul di sektor kelautan dan perikanan, terutama dalam menghadapi era masyarakat 5.0 serta meningkatkan peringkat Indonesia di Indeks Inovasi Global.
"Di era society 5.0 ini, jika inovasi kita tidak berkembang, kita akan tergilas oleh negara lain. Untuk itu, kita harus terus berkontribusi secara positif di sektor KP untuk dapat melahirkan beragam inovasi baru," kata Plt Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) KKP Kusdiantoro dalam rilis di Jakarta, Jumat.
Menurut Kusdiantoro, pihaknya terus melaksanakan berbagai terobosan dalam rangka mencetak sumber daya manusia (SDM) kelautan yang kompeten dan menghasilkan berbagai riset yang inovatif.
Hal tersebut, lanjutnya, dilakukan untuk mendukung terwujudnya program prioritas KKP, khususnya terkait dengan pengembangan budidaya perikanan untuk peningkatan ekspor yang didukung hasil riset kelautan dan perikanan, serta pembangunan kampung perikanan budidaya berbasis kearifan lokal.
Kusdiantoro juga menyampaikan bahwa saat ini Indeks Inovasi Global (Global Innovation Index/GII) Indonesia berada di rangking ke-85 dari 131 negara di dunia.
Ia mengatakan bahwa menciptakan inovasi dapat dimulai dengan konsep ATM, yakni amati, tiru dan modifikasi.
"Keberhasilan suatu inovasi adalah ketika karya kita dapat memberikan kemanfaatan dan digunakan banyak pihak, sehingga mampu memberikan nilai tambah. Mulai menciptakan inovasi dengan konsep ATM, yakni amati, tiru dan modifikasi, karena tidak selamanya inovasi itu rumit. Dengan masifnya penciptaan inovasi, juga akan terlahir entrepreneur baru di sektor kelautan dan perikanan," tuturnya.
Dengan teknologi inovasi yang mudah untuk diaplikasikan oleh masyarakat, pihaknya pun berharap teknologi di bidang budidaya, penangkapan, pengolahan dan permesinan ini akan berkembang di masyarakat.
Ia mencontohkan, teknologi tekno terap misalnya adalah metode RAS pada budidaya kepiting bakau, yang merupakan sistem yang dilengkapi dengan sistem air resirkulasi yang melewati filter air untuk memurnikan dan meningkatkan oksigen ke media kultur.
"Sistem resirkulasi akuakultur ini merupakan alat yang diperlukan untuk menyediakan produksi akuakultur yang berkelanjutan dengan dampak lingkungan yang ramah. Sistem ini secara otomatis mengeluarkan kotoran dan sisa makanan untuk mempertahankan kualitas air yang baik di setiap wadah," paparnya.
Disebutkan, sistem akuakultur ini juga sangat berguna dalam mendukung pengembangan budidaya kepiting yang memiliki dampak positif dalam meningkatkan agroindustri kelautan, khususnya budidaya kepiting bakau di Indonesia.
Selain itu, ada pula teknologi Mesin Pengasap Ikan dengan Sistem RSS (Recirculating Smoke System), dibuat sesuai dengan kebutuhan untuk mendapatkan produk ikan asap yang memiliki daya awet yang lebih tahan lama dan memberikan aroma yang khas ikan asap melalui pengasapan serta memenuhi kondisi sosial ekonomi di wilayah dimana kaji terap ini dilaksanakan.
Mesin Pengasap Ikan Sistem RSS ini menerapkan sistem pengasapan semi tertutup, dengan konsep memanfaatkan hawa panas yang disirkulasikan kembali ke dalam lemari pengasapan, di mana 40 persen asap hasil pembakaran dibuang keluar dari lemari asap dan sisanya disirkulasikan kembali ke dalam lemari asap setelah melalui proses pemanasan di tungku bakar.
Ada pula Teknik Pembuatan Pemberat Semen Cor Gill Net Millenium, disampaikan bahwa perkembangan teknologi penangkapan ikan menggunakan gillnet telah diperkaya oleh penggunaan teknologi baru, yaitu Gill net millennium.
Gill net millennium berbahan jaring multi-monofilament, berwarna bening atau transparan, ukuran benangnya yang lebih halus sehingga tampak lebih fleksibel di bawah air. Warnanya yang transparan sehingga pada saat dioperasikan dipercaya oleh nelayan mempengaruhi banyaknya ikan yang tertangkap.
Baca juga: Menteri KKP: Sentuhan inovasi lesatkan daya saing produk perikanan
Baca juga: KKP kembangkan inovasi boba sehat berbahan baku rumput laut
Baca juga: KKP hadirkan inovasi layanan elektronik perjanjian kerja laut
Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2021