"Kita akan lihat dulu peluangnya. Apakah bisa masuk dalam koalisi dan bisa memperbaiki keadaan, khususnya ekonomi kerakyatan atau tidak. Kalau tidak bisa berbuat maksimal, untuk apa Gerindra masuk," kata Fadli usai menjenguk wartawan senior Rosihan Anwar di Rumah Sakit Metropolitan Medical Centre (MMC), Jakarta Selatan, Senin malam.
Menurut dia, bila Gerindra ditawarkan masuk dalam koalisi, maka pihaknya akan memperbaiki permasalahan pertanian dan memperkuat BUMN untuk memperbaiki ekonomi kerakyatan dan lainnya.
"Tapi, kalau sekedar masuk dalam koalisi untuk apa. Kita tidak mengejar jabatan, tapi ikut dalam memperbaiki bangsa. Kalau pun tidak masuk, ya tidak apa-apa. Semua tergantung pak SBY," katanya.
Ia menambahkan, Gerindra bukan merupakan partai oposisi, namun meski berada di luar koalisi pihaknya akan mengkritisi kebijakan pemerintah yang kurang berpihak kepada rakyat.
"Semua program pemerintah yang baik, maka kami akan dukung," katanya.
Sementara itu, Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Hatta Rajasa menyarankan agar para politisi di Senayan tidak usah terlalu sering membahas dan mengomentari tentang isu reshuffle tersebut, lantaran pembahasan dan komentar terhadap wacana reshuffle itu hanya akan menghabiskan energi saja dalam berkerja kepada rakyat.
"Kalau energi kita habis ngurusin itu, maka kita tidak kerja-kerja. Masih banyak pembahasan lain yang harus dibahas dan lebih penting dari pada isu tersebut," ucapnya disela-sela acara penganugerahan politisi Senayan terpopuler 2010 yang dibuat oleh lembaga riset Uvolution di Jakarta, Senin malam.
Ketika ditanya soal rencana reshuffle yang akan dilakukan oleh Presiden SBY, ia mengatakan, dirinya tidak tahu permasalahan itu karena Presiden SBY yang lebih tahu.
"Yang bisa mengatakan tepat atau tidaknya reshuffle itu kan presiden," ucap Hatta. (ANT/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011