Riyadh (ANTARA News) - Ulama-ulama penting Arab Saudi Ahad mengecam sebagai "tidak-Islami" seruan untuk demonstrasi dan petisi yang meminta pembaruan di kerajaan padang pasir itu, sehari setelah pemerintah memperingatkan warga agar tak berunjuk-rasa.

Dewan Ulama Senior menganggap bahwa "pembaruan dan nasehat tidak akan berlangsung melalui demonstrasi dan metode yang bersifat menghasut pendurhakaan", dalam satu pernyataan yang diangkat oleh kantor berita SPA, seperti dilaporkan AFP.

Pernyataan dari dewan yang memiliki 10 anggota, yang dipimpin oleh mufti Arab Saudi, itu dikeluarkan ketika para aktivis melalui Internet menyerukan demonstrasi pada 11 dan 20 Maret guna meminta perubahan di kerajaan yang sangat konservatif itu.

"Dewan menekankan bahwa demonstrasi dilarang di negara ini, dan bahwa cara Islam merealisasikan kepentingan bersama adalah dengan memberikan nasehat," katanya.

Dewan itu juga tampil mengecam petisi belum lama ini, yang ditujukan kepada Raja Abdullah oleh para intelektual dan aktivis hak asasi manusia, yang mendesak perubahan besar guna mengubah monarki absolut menjadi kerajaan konstitusional.

"Perubahan dan nasehat adalah cara Islami dan akan membawa manfaat serta mencegah kejahatan, dan bahwa itu tidak terjadi melalui pernyataan-pernyataan yang bersifat mengintimidasi dan menghasut berdasar tandatangan yang dikumpulkan," jelasnya.

Dewan minta pemerintah untuk "melakukan tugas mereka sesuai dengan undang-undang di wilayah ini", yang tampaknya adalah izin keagamaan untuk menggunakan kekuatan terhadap demonstran.

Kementerian Dalam Negeri, Sabtu (5/3), mengatakan demonstrasi seperti itu dianggap tidak sah di Arab Saudi, dan mengingatkan para pengunjuk rasa bahwa pasukan keamanan diijinkan untuk menindak tegas protes massa.

Pada Jumat, beberapa ratus warga Syiah berunjuk-rasa di Provinsi Timur, minta pembebasan seorang ulama Syiah yang ditangkap, Sheikh Tawfiq al-Aamer, dan tahanan lain, kata beberapa saksi.

Unjuk rasa yang sama diadakan di Al-Qatif, juga di Provinsi Timur, tapi dibubarkan oleh polisi, kata mereka.

Pada Kamis malam, 22 orang ditangkap ketika polisi membubarkan unjuk rasa di Al-Qatif, tempat para pengunjuk rasa minta pembebasan tawanan, kata Ibrahim al-Mugaiteeb, ketua Human Rights First di Arab Saudi.

Pada Jumat, 12 pria berkumpul di pintu masuk masjid Al-Rajhi di Riyadh, salah satu masjid penting di ibukota, mengulangi slogan-slogan yang mengecam "penindasan" dan monarki, menurut beberapa saksi.

Tiga pria ditangkap, kata mereka.

Para aktivis telah menyerukan di Facebook "Hari Kemurkaan" pada 11 Maret dan untuk "Revolusi Saudi" pada 20 Maret. (S008/C003/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011