Padang (ANTARA News) - Pakar Pendidikan Universitas Negeri (UNP) Padang, Prof. Dr. Prayitno, MSc. Ed, mengatakan apapun metode ujian nasional (UN) yang telah dan akan dibuat oleh pemerintah melalui Kementerian Pendidikan untuk mensukseskan UN 2011, semua tetap bergantung pada pribadi siswa masing-masing.
Hal ini dikatakannya terkait kebijakan Kemendiknas RI dengan membuat lima jenis soal berbeda pada satu mata ujian nasional, guna meminimalisir dampak kecurangan pada pelaksaan UN April 2011 mendatang.
"Metode baru untuk mengurangi tindak kecurangan oleh siswa dalam satu sisi dapat diterima, namun sebanyak apapun metode, muaranya pasti kembali pada mentalitas siswanya juga," kata Guru Besar Jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan UNP itu, di Padang, Minggu.
Menurutnya, jika mentalitas siswa baik, maka tidak akan diperlukan metode apapun guna mengurangi tindak kecurangan pada UN. Persoalan mental adalah bagian penting dalam dunia pendidikan.
"Kalau mentalnya bagus, sudah dipastikan siswa siap menghadapi ujian seberat apapun, namun jika masalah mental ini belum teratasi, maka ada-ada saja akal-akalan mereka untuk berbuat curang," ujarnya.
Ia mengatakan, selain metode baru yang ditetapkan Kemendiknas, sangat perlu diperhatikan sejauh mana sekolah khususnya guru, telah mencerdaskan siswanya baik sisi kognitif apalagi afektifnya.
Ia melanjutkan, hal itu diperoleh dari proses belajar yang selama ini telah dilangsungkan sekolah.
Efektifitas pencapaian UN sangat bergantung pada sinergitas guru dengan siswa dalam memahami tujuan pendidikan yang sebenarnya.
Menyinggung perihal `try-out` yang dilaksanakan oleh pihak sekolah, ia menilai metode `try-out` cukup bagus. Namun akan lebih efektif bila sebelumnya pihak sekolah melakukan `diaknosis` terhadap pelajaran yang belum dikuasai siswa.
"Acuannya dapat dilihat dari penguasaan siswa pada soal-soal UN tahun sebelumnya," tambahnya.
Siswa secara langsung diminta untuk mengungkapkan kendala terkait mata pelajaran apa yang menjadi titik kelemahannya. Selanjutnya, dituntut sikap proaktif guru untuk memahami apa yang menjadi kebutuhan siswa.
Pada kondisi ini, katanya, guru dapat menerapkan metode `remedial teaching` (mengulang pelajaran) yang menjadi kelemahan tersebut.
"Jika landasan pelaksanaan `try-out` hanya sekedar melihat nilai maka bisa disimpulkan pencapaian target untuk mensukseskan UN belum akan efektif," pungkas pensiunan Ketua Program Doktor Ilmu Pendidikan PPs UNP itu. (AH/S006/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011