Dalam pidato "kenegaraan" membuka sidang tahunan parlemen selama 10 hari, Wen mengakui pemerintahannya "belum secara fundamental menyelesaikan sejumlah masalah yang orang kebanyakan sangat rasakan," demikian AFP melaporkan.
Ini termasuk tingginya harga konsumen dan perumahan, "masalah-masalah signifikan terkait keamanan makanan dan korupsi yang meraja-lela", dan rakyat yang secara tidak sah ditendang dari tanah mereka untuk menyiapkan jalan bagi pembangunan properti yang tidak terkendali.
China akan "secara efektif menyelesaikan masalah-masalah yang menyebabkan kemarahan besar diantara banyak orang," Wen mengatakan dalam pidato dua jam kepada 3.000 delegasi Kongres di Balai Besar Rakyat di tengah kota Beijing.
"Kita oleh karena itu harus memiliki rasa tanggungjawab yang besar terhadap negara dan rakyat dan bekerja tanpa lelah dan dengan bersusah payah menangani masalah-masalah ini dengan lebih cepat demi kepuasan rakyat," kata Wen.
Kongres Rakyat Nasional bersidang di tengah meningkatnya ketegangan dimana campuran masalah serupa memicu kerusuhan di seluruh dunia Arab.
Puncak agenda adalah inflasi dan Wen berjanji akan meningkatkan perjuangannya untuk menahan kenaikan harga makanan, perumahan dan kebutuhan pokok lainnya, memperingatkan masalah-masalah tersebut "mempengaruhi stabilitas sosial'.
"Oleh karena itu kami harus membuatnya sebagai prioritas utama pengendalian ekonomi makro dengan maksud menjaga tingkat harga keseluruhan stabil," katanya. mengulangi lagi target inflasi pemerintah 2011 sekitar empat persen.
Inflasi masih saja tinggi -- 4,9 persen pada Januari -- meskipun dilakukan serangkaian langkah kebijakan termasuk kenaikan suku bunga beberapa bulan ini.
Indeks harga konsumen naik dengan lebih dari level tinggi dua tahun 5,1 persen pada November. Inflasi punya sejarah memicu kerusuhan di China, dengan ratusan juta petani miskinnya dan pekerja berupah rendah yang mengais-ngais agar dapat bertahan hidup.
Wen mengindikasikan pemajuan makro ekonomi pemerintah akan terus berlanjut, dengan mengatakan: "Kami akan mengimplementasikan kebijakan moneter hati-hati."
Pertumbuhan ekstrim yang bergantung pada ekspor selama puluhan tahun telah menempatkan ekonomi China terbesar kedua di dunia.
Namun China telah berjuang menyebarkan kekayaannya secara merata diantara 1,3 miliar penduduknya dan Wen mengacu berulang kali pada masalah itu dalam pidatonya, menyesalkan "kesenjangan pendapatan yang besar" China.
Beijing kini ingin mengikuti jalur yang lebih berkesinambungan, ramah lingkungan melalui cetak biru perbaikan pertumbuhan ekonomi 2011-2015 yang meminta pembangunan yang lebih berimbang yang meninggalkan semakin sedikit orang di belakang.
Perdana menteri mencatat target pertumbuhan ekonomi tahunan delapan persen China untuk 2011 -- dianggap minimal yang diperlukan untuk mempertahankan perekonomian tumbuh cukup cepat untuk mencegah kerusuhan sosial.
Target tersebut secara rutin dilampaui tiap tahun. Tahun lalu, ekonomi tumbuh 10,3 persen.
Namun Wen juga mengulangi kembali janji yang dibuat pada Minggu lalu bahwa China akan membidik pertumbuhan tahunan tujuh persen yang lebih kurang hingar bingar melalui rencana lima tahunan baru tersebut.
Dia berjanji akan menciptakan 45 juta pekerjaan di perkotaan selama lima tahun mendatang, "mengurangi jumlah orang yang hidup dalam kemiskinan," meningkatkan pendapatan, menaikkan upah dan pensiun dasar minimum, dan menaikkan batas minimal pajak penghasilan individu.
"Kami akan terus meningkatakan pembelanjaan pemerintah yang digunakan untuk membantu meningkatkan konsumsi, dan meningkatkan subsidi kepada penduduk perkotaan dan petani berpenghasilan rendah," katanya.
Dan Wen mengulangi janji-janji pemerintah untuk meredam spekulasi properti yang dipersalahkan karena melonjakkan harga dan memastikan suplai perumahan untuk masyarakat berpenghasilan rendah.
Pemerintah akan bekerja untuk "secara sungguh-sungguh menstabilkan harga rumah dan memenuhi tuntutan masuk akal warga akan perumahan," katanya.
Kemendesakan untuk menenangkan konstituen-konstituen yang tidak puas menjadi fokus dalam dua minggu belakangan setelah muncul seruan Internet misterius untuk berpawai "kemana-mana" pada Minggu di kota-kota besar China.
Mereka sebagian besar melempem di bawah keamanan yang mencekik namun tanggapan keras polisi menyingkapkan kekhawatiran resmi menyangkut ketidakpuasan publik.
Campuran masalah kontroversial -- dikombinasikan dengan kurangnya demokrasi -- memicu pemberontakan rakyat di Tunisia, Mesir, Libya dan tempat-tempat lain di dunia Arab.
Parlemen China yang tak berpengaruh menyetujui apapun yang diserahkan oleh Partai Komunis yang berkuasa, yang menggunakan sidang tahunan untuk menjabarkan keprihatinannya dan keseluruhan arah kebijakannya setiap tahun. (ANT/K004)
Pewarta: Kunto Wibisono
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011