Jambi (ANTARA News) - Desa Renah Kayu Embun di Kecamatan Kumun-Debai, Kota Sungaipenuh, yang paling terpencil di Jambi tengah menyiapkan pembangkit listrik secara mandiri yang pada April 2011 diharapkan segera berfungsi.

"April nanti Insya Allah pembangkit listrik mikro hidro (PLTMH) yang kita bangun selama enam bulan ini akan segera beroperasi menjadi sumber listrik untuk berbagai keperluan secara mandiri segenap warga Desa Renah Kayu Embun," kata kepala desa setempat, Janbida, saat dihubungi di Kerinci, Minggu.

Dia mengatakan, PLTMH yang dibangun tersebut adalah merupakan hasil dari upaya swadaya masyarakat dengan bantuan turbin dari sebuah lembaga swadaya masyarakat.

"Turbinnya bantuan dari sebuah LSM, sementara pembangunannya adalah upaya swadaya dari masyarakat yang sudah sangat menginginkan adanya sumber listrik yang bisa mencukupi kebutuhan penerangan dan kebutuhan mereka lainnya," kata Janbida.

Desa Renah Kayu Embun adalah desa yang berada paling jauh dari pusat Kota Sungaipenuh, berada 20 km dari kota, dibalik barisan pematang perbukitan.

Berbeda dari desa lainnya, Desa Renah Kayu Embun tidak memiliki fasilitas publik, bahkan tidak atau belum memiliki perkampungan.

Meskipun desa ini memiliki potensi besar untuk dikembangkan di sektor pertanian, perikanan, peternakan dan pariwisatanya, namun keterpencilannya menyebabkan program-program pembangunn dari pemerintah selalu terlambat sampai ke desa itu.

"Listrik adalah kebutuhan primer masyarakat, sementara kita memiliki sungai air deras yang diproduksi secara alamiah oleh hutan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) yang memagari desa dan lahan perladangan penduduk. Karena lelah menunggu hadirnya jaringan listrik akhirnya kita berinisiatif menciptakan sumber listrik sendiri," ungkap Janbida.

Masyarakat desa terpaksa berswadaya dan berswadana karena setiap program yang diajukan ke pemerintah selalu saja mental dan ditolak termasuk program untuk mendapatkan bantuan melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) yang setiap tahunnya selalu dikucurkan pemerintah pusat.

Litrik yang berhasil dibangun tersebut, kata Janbida, selanjutnya akan menjadi energi sumber penerangan publik dan rumah-rumah penduduk, serta berbagai keperluan lain seperti untuk industri kecil milik masyarakat.

"Masyarakat tentu akan senang, karena ke depannya meskipun mereka tinggal di rumah-rumah pondok di tengah ladang saling berjauahan antara satu dengan yang lainnya, namun sudah bisa menikmati siaran televisi, radio bahkan mungkin juga internet," katanya.

Selanjutnya, masyarakat tinggal menunggu pembangunan perkampungan untuk mereka oleh Pemkot, lalu pembangunan fasilitas publik lain seperti sekolah, pasar, Puskesmas dan lainnya yang hingga kini masih belum ada.
(T.KR-BS/A035)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011