Jika orang sudah miskin dan ditambah sempitnya kesempatan kerja mendorong untuk mau kerja apa saja dengan daya saing yang rendah

Yogyakarta (ANTARA News) - Pengamat ekonomi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Revrisond Baswir menengarai ada korelasi antara pengiriman tenaga kerja Indonesia ke luar negeri dengan utang Indonesia sehingga pengiriman penghasil terbesar devisa negara tersebut terus dilakukan meski banyak terjadi permasalahan.

"Saya menilai ada korelasi antara pengiriman tenaga kerja Indonesia (TKI) ke lur negeri dengan beban utang Indonesia. TKI memang pahlawan devisa bagi negara, namun itu untuk membayar hutang Indonesia," kata Revrisond pada seminar nasional di Universitas Cokroaminoto Yogyakarta, Sabtu.

Menurut dia, persoalan TKI kemungkinan baru akan selesai jika utang Indonesia terlunasi. "Namun yang sebenarnya besaran utang yang diambil Indonesia tiap tahunnya, lebih sedikit dibandingkan bunga utang yang harus dibayarkan," katanya.

Sedangkan Mantan Menteri Perindustran Fahmi Idris mennilai ada dua alasan menjadi TKI diluar negeri yaitu karena kapabilitas dan kondis sosial ekonomi bangsa saat ini.

"TKI yang bekerja dengan keahlian spesifik dan penguasaan yang bagus, pasti dihormati, namun sebaliknya dengan yang tanpa pendidikan dan kemampuan memadai, maka tidak dihargai dengan baik. Dan ini jumlahnya paling banyak," katanya.

Menurut dia, angka kemiskinan di Indonesia menjadi faktor utama lemahnya daya saing bangsa, selain kesempatan bekerja di dalam negeri yang terbatas serta rendahnya tingkat pendidikan yang juga sangat berpengaruh.

"Jika orang sudah miskin dan ditambah sempitnya kesempatan kerja mendorong untuk mau kerja apa saja dengan daya saing yang rendah. Inilah persoalannya di Indonesia," katanya.

Ia mengatakan, atas kenyataan itu maka pemerintah harus melakukan gebrakan dalam dunia tenaga kerja di Indonesia khusunya yang akan bekerja di luar negeri.

"Pemerintah harus cermat dalam menyeleksi tenaga kerja ke luar negeri, TKI yang dikirim keluar negeri mustinya yang memiliki kemampuan serta cakap berbahasa Inggris agar tidak dieksploitasi," katanya.
(*)


Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2011